Thursday 14 May 2009

Turn to Allah

When you have a terrible day
You just want to scream
just turn to Allah

When your feeling so down
you have lost all hope
just turn Allah

when your feeling betrayed
you just want to curse
just turn to Allah

when you can't see a way out
of a terrible situation
just turn to Allah

when your feeling like
you have no self esteem
just turn to Allah

when your feeling all OK and
the world is at your feet
just remember not to forget Allah
you can then be certain he will remember you !

Tuesday 12 May 2009

The Frogs

A group of frogs were traveling through the woods, and two of them fell into a deep pit. All the other frogs gathered around the pit. When they saw how deep the pit was, they told the unfortunate frogs they would never get out. The two frogs ignored the comments and tried to jump up out of the pit.

The other frogs kept telling them to stop, that they were as good as dead. Finally, one of the frogs took heed to what the other frogs were saying and simply gave up. He fell down and died.

The other frog continued to jump as hard as he could. Once again, the crowd of frogs yelled at him to stop the pain and suffering and just die. He jumped even harder and finally made it out. When he got out, the other frogs asked him, "Why did you continue jumping. Didn't you hear us?"

The frog explained to them that he was deaf. He thought they were encouraging him the entire time.

This story holds two lessons:

1. There is power of life and death in the tongue. An encouraging word to someone who is down can lift them up and help them make it through the day.

2. A destructive word to someone who is down can be what it takes to kill them. Be careful of what you say. Speak life to those who cross your path.

The power of words... it is sometimes hard to understand that an encouraging word can go such a long way. Anyone can speak words that tend to rob another of the spirit to continue in difficult times.

Special is the individual who will take the time to encourage another.

Mengundang Tuhan Makan Malam

Pada suatu hari, beberapa orang dari Bani Israil datang menemui Musa as dan berkata, Wahai Musa, bukankah kau boleh bicara dengan Tuhan? Tolong sampaikan pada-Nya, kami ingin mengundang-Nya makan malam.

Musa marah luar biasa. Ia berkata bahwa Tuhan tidak perlu makan atau minum.

Ketika Musa datang ke Gunung Sinai untuk berbicara dengan Tuhan, Tuhan bersabda,

Mengapa kau tidak menyampaikan kepada-Ku undangan makan malam dari hamba-Ku? Musa menjawab, Tapi Tuhanku, Engkau tidak makan. Engkau pasti tidak akan menerima undangan tolol seperti itu. Tuhan berkata, Simpan pengetahuanmu antara kau dan Aku. Katakan pada mereka, Aku akan datang memenuhi undangan itu.

Turunlah Musa dari Gunung Sinai dan mengumumkan bahwa Tuhan akan datang untuk makan malam bersama Bani Israil. Tentu saja semua orang, termasuk Musa, menyiapkan jamuan yang amat mewah. Ketika mereka sedang sibuk memasak hidangan-hidangan terlezat dan mempersiapkan segalanya, seorang kakek tua muncul tanpa diduga.

Orang itu miskin dan kelaparan. Ia meminta sesuatu untuk dimakan. Para koki yang sibuk memasak menolaknya, Tidak, tidak. Kami sedang menunggu Tuhan. Nanti ketika Tuhan datang, kita makan bersama-sama. Mengapa kamu tidak ikut membantu. Lebih baik kamu ikut mengambilkan air dari sumur!

Mereka tidak memberi apa-apa untuk kakek malang itu. Waktu berlalu tetapi Tuhan ternyata tidak datang. Musa menjadi amat malu dan tidak tahu harus berkata apa kepada para pengikutnya.

Keesokan harinya, Musa pergi ke Gunung Sinai dan berkata, Tuhan, apa yang Kau lakukan kepadaku?

Aku berusaha meyakinkan setiap orang bahwa Kau ada. Kau katakan Kau akan datang ke jamuan kami, tapi Kau ternyata tak muncul. Sekarang tidak ada yang akan mempercayaiku lagi!

Tuhan menjawab, Aku datang. Jika saja kau memberi makan kepada hamba-Ku yang miskin, kau telah memberi makan kepada-Ku. Tuhan bersabda, Aku, Yang tidak akan boleh dimasukkan ke seluruh semesta, boleh dimasukkan ke dalam hati hamba-Ku yang beriman.

Ketika kita berkhidmat kepada hamba Tuhan, kita telah berkhidmat kepada-Nya. Ketika kita mengabdi kepada makhluk, sesungguhnya kita juga mengabdi kepada Sang Khalik.

Sultan dan Sufi

Alkisah, seorang Sultan sedang berparade di jalan-jalan utama kota Istanbul, dengan dikelilingi para pengawal dan tentaranya. Seluruh penduduk kota datang untuk melihat sang Sultan. Semua orang memberikan hormat ketika Sultan lewat, kecuali seorang darwis yang amat sederhana.
Sang Sultan segera menghentikan paradenya dan menyuruh tentaranya untuk membawa darwis itu menghadap. Ia menuntut penjelasan mengapa darwis itu tak memberikan penghormatan kepadanya ketika ia lewat.

Darwis itu menjawab, "Biarlah semua orang ini menghormat kepadamu. Mereka semua menginginkan apa yang ada padamu; harta, kedudukan, dan kekuasaan. Alhamdulillah, segala hal ini tak berarti bagiku. Lagipula, untuk apa saya menghormat kepadamu apabila saya punya dua budak yang merupakan tuan-tuanmu?"

Semua orang di sekelilingnya ternganga. Wajah sang Sultan memerah karena marah. "Apa maksudmu?" bentaknya.

"Kedua budakku yang menjadi tuanmu adalah amarah dan ketamakan," ujar darwis itu tenang seraya menatap kembali kedua mata Sultan. Sultan itu pun tersadar akan kebenaran ucapan orang itu dan ia balik menghormat sang darwis.

Monday 11 May 2009

Sedekah Anggota Tubuh

Imam Ja’far Al-Shadiq as berkata, “Sedekah itu wajib dilakukan setiap anggota tubuhmu, untuk setiap helai rambutmu, dan untuk setiap saat dalam hidupmu.

“Sedekahnya mata berarti memandang dengan penuh pertimbangan dan memalingkan penglihatan dari nafsu dan hal-hal serupa itu. “Sedekahnya telinga adalah mendengarkan suara-suara yang baik, seperti ucapan-ucapan bijak, ayat-ayat Al-Quran, dan keutamaan agama yang terkandung dalam ceramah dan khutbah. Sedekahnya telinga juga berarti menghindari dusta, kepalsuan, dan perkataan-perkataan sejenis.

“Sedekahnya lidah adalah memberikan nasihat yang baik, membangunkan mereka yang lalai, memuji orang lain, dan mengingatkan mereka.

“Sedekahnya tangan berarti menginfakkan harta kepada orang lain, bermurah hati dengan karunia Tuhan kepadamu, memakai jemarimu untuk menuliskan pengetahuan yang berguna bagi orang lain dalam ketaatan kepada Tuhan, dan juga berarti menahan tanganmu dari berbuat dosa.

“Sedekahnya kaki berarti bergegas mengunjungi orang-orang saleh, menghadiri majlis-majlis ilmu, mendamaikan orang, menyambungkan silaturahmi, melaksanakan jihad, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menentramkan hatimu dan memperkuat imanmu….”