Syeikh Abul Qosim al-Qusyairy
Allah swt. berfirman : "Katakanlah, 'Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang lahir ataupun yang batin. " (Q.s. Al A'raf 33). Rasulullah saw. telah bersabda:
"Tidak ada yang lebih pencemburu daripada Allah swt. Di antara cemburu Nya adalah Dia melarang perbuatan keji, baik kekejian yang lahir maupun keji yang batin. " (H.r. Bukhari Muslim, Ahmad dan Tirmidzi).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:
"Allah itu pencemburu dan orang Mukmin juga pencemburu. Cemburu Allah swt. adalah sifat yang muncul bilamana seorang hamba yang beriman melakukan apa yang telah dilarang-Nya. (H.r. Bukhari Muslim dan Tirmidzi).
Cemburu, adalah rasa tidak suka jika orang lain memiliki sesuatu. Allah digambarkan bersifat ghirah (cemburu), berarti bahwa Allah tidak ridha manakala ada tuhan lain di sisi Nya, yang sesungguhnya adalah Hak Allah ketika hamba Nya taat kepada Nya.
Diriwayatkan dari as-Sary as Saqathy ketika dibacakan ayat:
"Dan apabila kamu membaca AI Qu'ran, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang orang yang tidak beriman pada kehidupan akhirat suatu hijab yang tidak dapat ditembus."
(Q.s. AI Isra': 45).
As Sary berkata kepada murid muridnya, "Tahukah kamu apakah yang hijab itu? Itu adalah hijab cemburu. Tidak ada yang lebih pencemburu daripada Allah swt."
Dengan kata kata "itu adalah hijab cemburu", maksud as-Sary bahwa Allah swt. tidak memberikan kemampuan kepada orang orang kafir untuk mengetahui kebenaran agama.
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata, "Allah swt. telah mengikatkan beban kehinaan pada kaki orang orang yang malas dalam beribadat kepada Nya. Dia menempatkan mereka pada jarak yang jauh dari-Nya dan menjadikan mereka terlambat lagi dari kedudukan yang dekat kepada Nya." Dalam makna ini mereka, para Sufi bersyair:
Aku pecinta setia kepada yang kucintai, tetapi pertolongan mana yang bisa kuperoleh dengan buruknya pandang para tuan?
Kaum Sufi juga mengatakan tentang masalah ini, "Seorang yang sakit tidak terjenguk, dan orang yang sangat mengingini tidaklah diinginkan."
Al Abbas az-Zauzany mengatakan, "Aku dianugerahi kebaikan dalam permulaan perjalanan ruhaniku. Aku mengetahui apa yang masih tersisa antara aku dan tujuanku. Pada suatu malam aku bermimpi tergelincir dari puncak gunung yang ingin kucapai. Aku sangat sedih (ketika bangun). Kemudian aku tertidur lagi, dan mendengar sebuah suara mengatakan, 'Wahai Abbas, Allah tidak menghendaki engkau mencapai tujuan yang engkau upayakan. Tetapi Dia telah membawakan hikmah kepada lidahmu.'Ketika aku bangun pagi, aku benar benar telah dianugerahi ilham ucapan ucapan yang penuh hikmah."
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan, " Suatu ketika ada seorang syeikh yang mengalami kondisi ruhani dan saat saat bersama Allah swt. Setelah itu ia tidak tampak beberapa lama di antara orang orang miskin. Ketika muncul kembali, tidak dalam keadaan sebagaimana sebelumnya, mereka bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. Ia menjawab,'Duh, hijab telah terjadi'."
Selama dalam majelis, tiba tiba terjadi sesuatu yang merasuki hati mereka yang hadir, Syeikh Abu Ali biasa berkata, "Ini adalah kecemburuan Allah swt. Dia tidak menghendaki mereka mengalami nuansa lebih dari saat yang jernih ini."
Dalam hal ini, para Sufi bersyair berikut:
Juwita berhasrat datang kepada kami, sampai ketika ia memandang cermin
Keindahan wajahnya
telah menawan dirinya.
Sebagian Sufi ditanya, "Apakah engkau ingin melihat-Nya?" Ia menjawab, "Tidak!" Ia ditanya, "Mengapa?" Ia menjawab, "Aku ingin menyucikan Keindahan yang begitu agung dari segala pandangan seperti persepsiku."
Para Sufi bersyair:Aku iri kepada mataku yang memandangmu
Hingga kutundukkan ketika aku melihatmu.
Kulihat dirimu menampakkan keindahan keindahan yang membuatku terpesona.
Aku cemburu Darimu Padamu.