Thursday, 29 January 2009

Cemburu

Syeikh Abul Qosim al-Qusyairy
Allah swt. berfirman : "Katakanlah, 'Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang lahir ataupun yang batin. " (Q.s. Al A'raf 33). Rasulullah saw. telah bersabda:

"Tidak ada yang lebih pencemburu daripada Allah swt. Di antara cemburu Nya adalah Dia melarang perbuatan keji, baik kekejian yang lahir maupun keji yang batin. " (H.r. Bukhari Muslim, Ahmad dan Tirmidzi).

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda:

"Allah itu pencemburu dan orang Mukmin juga pencemburu. Cemburu Allah swt. adalah sifat yang muncul bilamana seorang hamba yang beriman melakukan apa yang telah dilarang-Nya. (H.r. Bukhari Muslim dan Tirmidzi).

Cemburu, adalah rasa tidak suka jika orang lain memiliki sesuatu. Allah digambarkan bersifat ghirah (cemburu), berarti bahwa Allah tidak ridha manakala ada tuhan lain di sisi Nya, yang sesungguhnya adalah Hak Allah ketika hamba Nya taat kepada Nya.

Diriwayatkan dari as-Sary as Saqathy ketika dibacakan ayat:

"Dan apabila kamu membaca AI Qu'ran, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang orang yang tidak beriman pada kehidupan akhirat suatu hijab yang tidak dapat ditembus."

(Q.s. AI Isra': 45).

As Sary berkata kepada murid muridnya, "Tahukah kamu apakah yang hijab itu? Itu adalah hijab cemburu. Tidak ada yang lebih pencemburu daripada Allah swt."

Dengan kata kata "itu adalah hijab cemburu", maksud as-Sary bahwa Allah swt. tidak memberikan kemampuan kepada orang orang kafir untuk mengetahui kebenaran agama.
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq berkata, "Allah swt. telah mengikatkan beban kehinaan pada kaki orang orang yang malas dalam beribadat kepada Nya. Dia menempatkan mereka pada jarak yang jauh dari-Nya dan menjadikan mereka terlambat lagi dari kedudukan yang dekat kepada Nya." Dalam makna ini mereka, para Sufi bersyair:

Aku pecinta setia kepada yang kucintai, tetapi pertolongan mana yang bisa kuperoleh dengan buruknya pandang para tuan?

Kaum Sufi juga mengatakan tentang masalah ini, "Seorang yang sakit tidak terjenguk, dan orang yang sangat mengingini tidaklah diinginkan."

Al Abbas az-Zauzany mengatakan, "Aku dianugerahi kebaikan dalam permulaan perjalanan ruhaniku. Aku mengetahui apa yang masih tersisa antara aku dan tujuanku. Pada suatu malam aku bermimpi tergelincir dari puncak gunung yang ingin kucapai. Aku sangat sedih (ketika bangun). Kemudian aku tertidur lagi, dan mendengar sebuah suara mengatakan, 'Wahai Abbas, Allah tidak menghendaki engkau mencapai tujuan yang engkau upayakan. Tetapi Dia telah membawakan hikmah kepada lidahmu.'Ketika aku bangun pagi, aku benar benar telah dianugerahi ilham ucapan ucapan yang penuh hikmah."

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan, " Suatu ketika ada seorang syeikh yang mengalami kondisi ruhani dan saat saat bersama Allah swt. Setelah itu ia tidak tampak beberapa lama di antara orang orang miskin. Ketika muncul kembali, tidak dalam keadaan sebagaimana sebelumnya, mereka bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. Ia menjawab,'Duh, hijab telah terjadi'."

Selama dalam majelis, tiba tiba terjadi sesuatu yang merasuki hati mereka yang hadir, Syeikh Abu Ali biasa berkata, "Ini adalah kecemburuan Allah swt. Dia tidak menghendaki mereka mengalami nuansa lebih dari saat yang jernih ini."

Dalam hal ini, para Sufi bersyair berikut:
Juwita berhasrat datang kepada kami, sampai ketika ia memandang cermin
Keindahan wajahnya
telah menawan dirinya.

Sebagian Sufi ditanya, "Apakah engkau ingin melihat-Nya?" Ia menjawab, "Tidak!" Ia ditanya, "Mengapa?" Ia menjawab, "Aku ingin menyucikan Keindahan yang begitu agung dari segala pandangan seperti persepsiku."

Para Sufi bersyair:
Aku iri kepada mataku yang memandangmu
Hingga kutundukkan ketika aku melihatmu.
Kulihat dirimu menampakkan keindahan keindahan yang membuatku terpesona.
Aku cemburu Darimu Padamu.

Wednesday, 28 January 2009

Tuntutan Terbaik


Tuntutan terbaikmu adalah apa yang Dituntut oleh Allah padamu

Banyak sekali permintaan, permohonan, dan tuntutan kita yang kita ajukan kepada Allah Ta'ala. Tetapi manusia sering lupa, tuntutan apakah yang terbaik dari sejuta tuntutan itu?
Manusia banyak diberi peluang untuk memohon apapun, yang bermanfaat bagi dunia akhirat. Lalu permohonan apakah yang terbaik bagi diri anda?
Manusia seringkali protes pada orang lain, pada diri sendiri, bahkan secara ekstrim protes kepada Allah. Apakah protes dan permintaan itu sudah selayaknya kita adukan?
Mari kita pilih, dan pilihan kita pasti lemah. Maka kita serahkan saja pilihan tuntutan kita kepada Allah swt. Dan pilihanNya, adalah apa yang dituntut oleh Allah kepada kita adalah tuntutan kita yang terbaik.
Ada tiga hal utama, dimana Allah menuntut kita:
  1. Takhalli: Yaitu menepiskan segala sesuatu, kecuali sesuatu itu dari Allah Ta'ala.

  2. Tahalli: Yaitu merias segala hal yang diridloiNya padamu, dan melaksanakan ridlo itu, kemudian mengembalikan semuanya kepada Allah Ta'ala.

  3. Tajalli: Musyahadah terus menerus terhadap apa pun, bahwa semuanya tidak ada kecuali hanya Allah, dari Allah, kepada Allah, dan menyaksikan Allah bersama Allah.

  4. Takhalli juga berarti menepiskan segala kejahatan dan keburukan nafsu kita dari dalam diri kita. Takhalli juga bermakna menfanakan diri kita dalam kesunyian bersama Allah Ta'ala.

    Tahalli yang berarti menghias, juga bermakna menghias diri dengan segala kebajikan dan akhlak mulia, kehambaan yang bersahaja di hadapanNya.
    Tahalli berarti pula memandang segalanya sebagai manifestasi dari KemahaindahanNya.

    Sedangkan Tajalli bisa berarti Musyahadah dan Ma'rifat terhadap Tampilnya Allah melalaui Af'al, Asma' dan SifatNya, dalam kesemestaan dunia dan akhirat ini.

    Untuk mendukung tuntutan itu, dilaksanakan melalui tiga hal:
    1. Thaat kepadaNya dan merasa cukup bersamaNya.
    2. Benar dalam melaksanakan 'Ubudiyah (menuju kepadaNya)
    3. Menegakkan Hak-hak RububiyahNya, dan melaksanakan perintahNya serta pasrah total pada Sifat PerkasaNya.

    Rasulullah saw. Bersabda: "Allah tidak meminta pertanggungjawaban makhluk mengenai Dzat dan SifatNya, mengenai Qodlo dan QodarNya, tetapi meminta pertanggungjawaban mengenai perintah dan laranganNya."

Monday, 12 January 2009

Ditangkap Waktu Perang

Ketika perang Salib, Nasrudin tertangkap dan dikenai kerja paksa di sebuah parit dekat benteng Aleppo. Kerja paksa itu, begitu melelahkan sehingga sang Mullah sering kali berkeluh kesah.

Suatu hari, seorang pedagang yang mengenalnya lewat di jalan tempatnya bekerja, dan kemudian menebus sang Mullah dengan tiga puluh uang keping perak. Nasrudin dibawa pulang oleh sang pedagang, dan diperlakukan dengan baik sekali. Sang pedagang, juga memberikan anak perempuannya kepada sang Mullah untuk diperistri.

Sekarang, hidup Nasrudin sudah lebih baik. Tapi tampaknya anak perempuan sang pedagang muiai suka marah-marah. "Engkau adalah laki-laki," kata wanita itu suatu hari, "yang dibeli ayahku dengan harga tiga puluh keping perak. Ayahku kemudian memberikan engkau kepadaku."
"Ya," kata Nasrudin, "Ayahmu membayar tebusan sebanyak tiga puluh keping perak, lalu engkau tidak memperoleh apa-apa dari aku, dan aku sendiri sebenarnya juga sudah kehilangan otot-otot yang sudah kudapat sewaktu aku menggali parit-parit."

Thursday, 8 January 2009

I wonder...

  

If Prophet Muhammad (SAW) visited you, just for a day or two
If he came unexpectedly, I wonder what you would do?
Oh I know you would give your nicest room,
to such an honored guest
And you would surely serve him, your very very best.

You would be your finest, cause you're glad to have him there
That serving him in you're home, would be a joy without compare.
But when you see him coming, would you meet him at the door
With your arms outstretched in welcome,
for your respected visitor.

Or would you run to change your clothes, before you let him in
And hide some magazines to put the Quran, where they had been?
Would you still watch those movies, on your TV set
Or would you switch it off, before he gets terribly upset.

Would you turn off the radio, and hope that he had not heard
And wish that you did not sing, that song word by word?
Would you hide your worldly things,
and instead take the Hadith books out
Could you let him walk right in, or would you rush about?

And I wonder...if the Prophet (SAW) spent, a day or two with you
Would you go on doing the things, that you always do?
Would you go right on and say the things, that you always say
Would life for you continue, as it does from day to day.

Would your family conversations, keep up their usual pace
And would you find it hard at each meal, to say a table grace?
Would you keep up each and every prayer,
without putting on a frown
And would you always jump up early, to say your Fajr at dawn?

Would you sing the songs you always sing,
and read the books you read
And let him know the things on which,
your mind and spirit feed?
Would you take the Prophet (SAW) with you,
everywhere you plan to go?
Or would you maybe change your plans, just for a day or so?

Would you be glad to have him meet, your very closest friends
Or, would you hope they stay away, until his visit ends?
Would you be glad to have him stay, forever on and on
Or would you sigh with great relief, when at last he has gone.

It might be interesting to know,
the things that you would really do
If Prophet Muhammad (SAW) came, to spend some time with you.

Pengantin Baru Masuk Surga


PDF Cetak E-mail

Pada suatu hari laki-laki bernama Julaibiib menghadap Rasulallah Saw. Julaibiib adalah orang yang sangat melarat.
Dia bertanya: “Ya Rasulallah! Jika aku mati dalam keadaanku yang beriman ini apakah Allah SWT akan memasukkan aku ke dalam surga dan mengawainkan aku dengan bidadari?

“Ya tentu, insya Allah!”jawab Rasulallah Saw. “Mengapa sahabat-sahabat Tuan setiap yang aku lamar puterinya, semua menolak dan tidak menikahkan puterinya denganku?” tanya Julaibiib lagi.

“Pergilah kamu ke rumah keluarga fulan dan katakanlah kepadanya bahwa Rasulallah Saw memerintahkan kepada Anda agar menikahkan puterinya kepadaku,”jawab Rasulallah.

Keluarga itu pun akhirnya sepakat untuk menikahkan Julaibiib dengan putri mereka. Akan tetapi sebelum Julaibiib sempat masuk ke kamar pengantin, dia mendengar panggilan masuk berjihad. Maka dia pun lari dan bergabung dengan pasukan perang.

Ketika perang telah usai, Rasulallah Saw bertanya kepada para sahabat: “Siapa diantara kawan-kawan kalian yang sekarang tidak tampak dan mugkin menjadi syahid?” Para sahabat pun menyebutkan beberapa nama, tetapi tidak menyebut nama Julaibiib karena dia belum banyak dikenal.

Lalu Rasulallah Saw bersabda: “Apakah aku justru kehilangan Julaibiib, marilah kita bersama mencarinya!”
Akhirnya, Rasulallah Saw menemukan jasad Julaibiib tergeletak mati sebagai syahid di tengah tujuh mayat orang kafir yang baru dilawannya. Lalu Rasulallah Saw pun duduk di samping jasad Julaibiib dan mengangkat kepalanya ke pangkuan beliau sambil menangis. Tetapi sesaat kemudian beliau tersenyum dan memalingkan wajahnya. Maka para sahabat pun bertanya: “Sungguh aneh sekali keadaan Tuan, ya Rasulallah! Tuan menangis lalu tersenyum dan memalingkan wajah Tuan?”

Rasulallah bersabda: “Ya, aku menangis karena perpisahan dengan saudaraku ini, dan aku tersenyum ketika Allah memperlihatkan kepadaku tempatnya di surga. Aku palingkan wajahku ketika aku melihat istrinya, seorang bidadari dari suraga, aku turun ke bumi lalu masuk di antara kulit dan bajunya, kemudian mengakatnya ke surga di haribaan-Nya, di alam kelanggengan.” (HB)