Monday 29 December 2008

Four Things to Know


Hatim al-Asamm said, "I have chosen four things to know
and discarded all other things of knowledge.
"The first is this: I know that my daily bread is apportioned
to me and will neither be increased or decreased, so I have stopped
trying to add to it.
"Secondly, I know I owe to God a debt which no one else can
pay for me, so I am busy about paying it.
"Thirdly, I know that there is someone pursuing me ---
Death --- whom I cannot escape from, so I have prepared myself
to meet him.
"Fourth, I know that God is observing me, so I am ashamed
to do what I should not."

Attar

Dibalik Amal dan Warid



“Tiada amal yang lebih diharapkan untuk diterima ketimbang amal yang sirna dari pengakuanmu padanya, dan hina wujudnya di sisimu.” (Al-Hikam)

Maksudnya, tak ada amal yang memberikan manfaat bagi anda, dan memberikan harapan bagi hati anda, berupa pencerahan qalbu, kema’rifatan dan keparipurnaan, pahala dan lain sebagainya, dibanding amal yang membuat anda tidak merasa beramal karena yang anda saksikan adalah selain diri anda (Allah). Sehingga anda tidak memiliki pengakuan bahwa anda yang berbuat amaliyah itu, karena sesungguhnya Allah yang berbuat. Bukan anda.

Dari situ pula anda memandang apa yang anda lakukan sangat kurang, masih penuh dengan cela dan cacat, bahkan anda menjadi sangat hina di sana, sangat teledor akan perintah Allah selama ini.

Dalam konteks diterimanya amal, salah satu indikasinya anda justru tidak merasa berbuat, karena tanpa anugerah Allah, anda tidak bisa berbuat kebajikan. Di sinilah manusia dibagi tiga kategori dalam hal berbuat baik.

1) Manusia yang tidak melihat pada amal perbuatannya,
2) Orang yang merasa sangat hina dengan amaliyahnya, karena belum pantas di hadapan Allah, dan
3) Orang yang mengintegrasikan keduanya.
Kemudian beliau melanjutkan soal anugerah yang mendahului amal kita., dengan menekankan sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah mendatangkan warid kepadamu agar dengan warid itu anda sendiri menjadi waridnya.”

Warid adalah kejutan yang turun dalam hati, yang mengeliminasi seluruh kebisaan hati menjadi tempat mengalirnya anugerah Ilahi. Sehingga dengan warid tersebut posisi hamba menjadi warid bagi Tuhannya, lalu seluruh amaliyah bathiniyahnya pun terasa tidak tampak, karena yang berperan adalah Allah.

Apa pun gerak gerik kebajikan lahiriyah maupun bathiniyah kita jangan sampai kita lihat atau kita saksikan. Yang mesti kita lihat adalah penggerak, dan pembuat amal kebaikan itu, dibalik amal. Disinilah Allah menyelamatkan kita dari sikap takjub terhadap amal, karena pembuat dan penggerak amal itu adalah Allah, bukan kita.

Syeikh Zaruq menyimpulkan bahwa faidah Warid itu ada tiga:
1)Datang kepada Allah tanpa sebab akibat dari diri,
2) Keluar dari penyembahan terhadap alam semesta secara global, dan
3) Keluar dari penjara nafsu tanpa henti.

Nah hal ini ditegaskan dalam hikmah berikut:
“Allah mendatangkan warid kepadamu agar Allah menyelamatkan dirimu dari belenggu tipudaya dan perbudakan dunia.”
Dengan warid dari Allah, bukan darimu, berarti anda tidak memiliki ketergantungan selain Allah. Selain Allah adalah tipudaya yang tidak bisa dijadikan sandaran maupun tempat bergantung. Inilah hakikat kebebasan, karena sang hamba terbebaskan dari belenggu perbudakan, hanya kepada Tuhannya saja satu-satunya yang mengikatnya, bahkan tak ada hasrat selain kepadanya selamanya.
Kemudian Ibnu Athaillah mengingatkan faidah ketiga:
“Sesungguhnya Allah menurunkan warid kepada agar kamu keluar dari penjara wujudmu menuju hamparan musyahadahmu kepadaNya.”

Anda adalah orang yang terpenjara melalui liputan yang menyelubungi anda. Begitu juga anda dibatasi dalam eksistensi dzat anda sepanjang anda belum dibuka ke hamparan lapang yang luas. Karena itu ketika cahaya Warid itu muncul yang meliputi seluruh wujud, anda pun tidak mengenal dunia dan akhirat dan lainnya. At-Tustari menyebutkan “Disaat Allah mencerahkan ilhamku, Allah menyelubungiku dan aku mendekatkan diri dari kedekatan “Engkau Melihatku”.

Maksudnya sejak ia ma’rifat kepada Allah, yakni ma’rifat Lillah dari Allah. Karena Allah swt adalah yang Maha Tahu manakah awliya’nya.

Monday 22 December 2008

In love...



In love, nothing exists between heart and heart.
Speech is born out of longing,
True description from the real taste.
The one who tastes, knows;
the one who explains, lies.
How can you describe the true form of Something
In whose presence you are blotted out?
And in whose being you still exist?
And who lives as a sign for your journey?

Qur'an


A Book that is full of answers,
A Book that makes you cry.
A Book that makes you notice,
How much harder you can try.
A Book that makes you realize,
What true love really is...
A Book that gives you direction,
for all of life’s tough biz.
A Book that gives you hope,
that Someone somewhere’s watching over you.
A Book that helps you out,
Through all the times your blue.
A Book that was revealed to our beloved Prophet(SAWS),
over a period of 23 years
Once you put faith into this Book,
You can handle worldly fears.
A gift sent down from Heaven,
A treasure from above,
Written proof that shows us
How blessed we are with Allah(SWT’s) love!

Lihatlah Alam dengan Mata Batin


Alam semesta ini tampak mempesona secara lahiriyahnya, sedangkan batin (dibaliknya) adalah pelajaran mulia. Nafsu hanya memandang pesona lahiriyahnya sedangkan hati memandang pada batin pelajaran mulia yang tersembunyi

Syeikh Zarruq dalam syarah Hikam mengatakan, siapa yang memandang lahiriyahnya akan terpenjarakan, dan siapa yang memandang batinnya semesta akan mendapatkan petunjuk. Jika orang tenggelam pada alam semesta ia akan terlempar dariNya, dan jika merasa tenteram dengan dunia itu ia akan menentangNya. Apabila ia berpaling hati dari alam semesta maka ia akan dibukakan petunjuk di dalamnya. Orang yang cerdas akan lebih senang jika menghindari dunia dibanding menerima dunia, dan sangat hati-hati menerima dunia dibanding menghindarinya.

Mereka, para Ulama Salaf - semoga Allah meridloi mereka -- manakala dunia menghadap mereka, mereka mengatakan, "Duh, semua dosa telah dicepatkan siksanya." Sebaliknya jika kefakiran menghadap mereka, maka mereka katakana, "Selamat datang syi'ar kaum sholihin…"

Begitu pula Rasulullah SAW. yang telah maksum dari segala kesalahan dan kealpaan ketika dihadapkan pada tawaran kunci seluruh kekayaan di bumi, malah beliau menolaknya. Melainkan beliau memilih lapar sehari, makan sehari. Ketika putri tercintanya, Fathimah ra, memohon agar diberi seorang pembantu untuk menggiling gandum, karena sangat menderita dengan pekerjaan itu, malah beliau menunjukkan agar mengingat kepada Tuhannya ketika menjelang tidurnya, sembari bersabda beliau: "Maukah kamu saya beri petunjuk yang lebih baik dibanding seorang pembantu bagimu? Yaitu ketika kalian berdua ingin masuk ke tempat tidur, bertasbihlah tiga puluh tiga kali, bertakbirlah tiga puluh tiga kali, dan bertahmidlah tiga puluh empat kali, dan itu lebih baik dibanding seorang pembantu…."

Semua itu demi upaya agar berlari dari hingar bingar duniawi, dan kembali kepada apa yang tersembunyi dibalik dunia ini. Bukankah dunia ini tak lebih dari kefanaan, kehancuran, tempat yang serba kurang dan tempat berjalan belaka? Namun seorang hamba diuji dirinya dengan kehidupan menempuh dunia ini, sekadar untuk memenuhi bekal kebutuhannya saja. Selebihnya, dunia hanyalah mimpi buruk belaka.

Oleh sebab itu jika seseorang menuruti nafsunya, dunia pasti tampak mempesona. Sementara kalau menuruti hatinya, dunia hanyalah pelajaran berharga, karena yang tampak dihati adalah yang tersembunyi di balik semesta.

Sebagian Sufi mengatakan, "Aku tinggalkan dunia ini karena begitu cepat sirnanya dunia, sedikit sekali kekayaannya, banyak sekali penderitaannya dan sangat hina sekali kawan-kawannya."
Sebagian Ulama mengatakan, "Setiap aku memandang bentangan dunia berupa riasan indah, melainkan selalu dibukakan apa yang tersembunyi di dalamnya, berupa kesirnaan di dalamnya."

Syeikh Abu Tholib al-Makky menegaskan, "Ini semua merupakan pertolongan Allah Ta'ala kepada orang yang dilimpahiNya dari para wali-waliNya yang sangat dekat kepadaNya. Siapa yang menyaksikan dunia pada awal sifatnya tidak akan meraih pelajaran di akhirnya. Siapa yang mengenal dunia dengan batin hakikatnya tidak akan terpengaruh oleh sifat lahiriyahnya. Siapa yang dibukanan dampak dunia tidak akan dipermainkan oleh hingar bingarnya.

Nabi Isa as, bersabda, "Celaka wahai Ulama buruk, kalian seperti binatang set, fisiknya menjijikkan dan dalamnya berupa nanah."

Allah memerintahkan kepada NabiNya SAW agar tidak memandang dunia: "Janganlah kamu menjulurkan pandangan matamu pada apa yang kami hiaskan pada dunia berupa pasangan-pasangan dari hangar binger dunia dimana Kami akan menguji mereka di dalamnya." (Thaha 131).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa dunia adalah ujian (fitnah), dan memandangnya sangat tercela, walau pun kategorinya tidak haram.

Maksiat Lebih Baik Ketimbang Taat, Kalau...



“Maksiat yang melahirkan sikap hina dina di hadapan Allah itu lebih baik ketimbang ketaatan keapada Allah yang melahirkan sikap merasa mulia dan sombong.”
( Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary).
Sebesar apa pun kemaksiatan dan dosa seseorang, jika memasuki pintu taubat, Allah tetap menyambutnya dengan Pintu Ampunan yang agung, bahkan dengan kegembiraanNya yang Maha dahsyat kepadamu.

Karena sebesar langit dan bumi ini, jika anda penuhi dengan dosa-dosa anda, dikalikan lagi dengan lipatan jumlah penghuni planet ini, kelipatan dosa itu, sesungguhnya ampunan Allah masih lebih besar dan lebih agung lagi.

Oleh sebab itu Ibnu Athaillah membesarkan hati orang yang telah berbuat dosa agar tidak putus asa terhadap ampunan Allah, bahkan orang yang berdosa namun bertobat dengan penuh rasa hina dina dihadapan Allah itu dinilai lebih baik, dibanding orang yang ahli ibadah yang merasa hebat, merasa suci, merasa paling mulia dan merasa sombong dengan ibadahnya.

Mengapa ? Karena ada dosa yang lebih tinggi lagi disbanding maksiat, yaitu dosanya orang takjub atau kagum pada diri sendiri. Bahkan Rasulullah saw. Bersabda : “Jikalau kalian tak pernah berbuat dosa, niscaya yang paling saya takutkan pada kalian adalah yang lebih dahsyat lagi, yaitu ‘ujub (kagum pada diri sendiri).”

Bahkan betapa banyak orang yang dulunya ahli maksiat lalu diangkat derajatnya menjadi manusia mulia di hadapan Allah Ta’ala. Begitu juga banyak ahli ibadah tetapi berakhir hina di hadapanNya gara-gara ia sombong dan merasa lebih dibanding yang lainnya.
Orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar, apakah ia aktivis muslim, da’I, ustadz, kyai, ulama’, muballigh, ketika mereka menyerukan amar ma’ruf nahi mungkar, lantas dirinya merasa lebih baik dari yang lain, adalah wujud kesombongan yang hina pada dirinya.

Dibanding seorang preman yang bertobat, pelacur yang bertobat, maling yang bertobat dengan kerendahan jiwa di hadapan Allah, mereka yang merasa paling Islami itu justru menjadi paling hina, jika ia tidak segera bertobat.

Nabi Adam as, mendapatkan kemuliaan luar biasa sebagai Nabi, Rasul, Khalifah, Abul Basyar, justru ketika sudah turun di muka bumi, karena tindak dosanya di syurga. Namun Nabi Adam bertobat dalam remuk redam jiwanya dan hina dina hatinya di depan Allah, justru Allah mengangkat dan menyempurnakan ma’rifatnya ketika di dunia, bukan ketika di syurga dulu.

Nabi Adam as, menjadi Insan Kamil ketika di dunia, bukan ketika di syurga. Oleh sebab itu terkadang Allah mentakdirkan maksiat pada seorang hamba dalam rangka agar si hamba lebih luhur dan dekat kepada Allah. Wacana ini dilontarkan agar manusia tidak putus asa atas masa lalu dan nodanya di masa lampau, siapa tahu, malah membuat dirinya naik derajat.

Wacana ini pula tidak bias dipandang dengan mata hati, nafsu dan hasrat hawa. Misalnya, “Kalau begitu maksiat saja, siapa tahu, kita malah naik derajat…” Kalimat ini adalah kalimat yang muncul dari hawa nafsu!

Wacana mengenai naiknya derajat paska maksiat, hanya untuk orang yang sudah terlanjur maksiat, agar tidak putus asa dan tetap menjaga rasa baik sangka kepada Allah Ta’ala (husnudzon).
Apalagi di akhir zaman ini, jika disurvey, membuktikan bahwa orang yang kembali kepada Allah dengan taubatnya, biasanya didahului oleh kehidupan yang hancur-hancuran, maksiat yang bernoda.

Akhir zaman ini juga banyak dibuktikan, khususnya di wilayah kota, betapa banyak orang yang merasa bangga diri dengan ahli ibadahnya, ketekunan dan taatnya, diam-diam ia ujub dan sombong, merasa lebih dibanding lainnya.

Sifat hina dina adalah wujud kehambaan kita. Manusia akan sulit mengakui kehambaannya manakala ia merasa mulia, merasa sombong, ujub, apalagi merasa hebat dibanding yang lainnya.

Karena itu rasa hina dina, apakah karena diakibatkan oleh kemaksiatan atau seseorang mampu menjaga rasa hina dina di hadapan Allah, adalah kunci terbukanya Pintu-pintu Allah Ta’ala, karena kesadaran seperti itu, membuat seseorang lebih mudah fana’ di hadapanNya.

Wali Allah

Subahanallah Walhamdulillah Alhuakbar.

Tasawuf bukan membaca buku-buku Tasawuf dan mengkaji dari berbagai teori tasawuf
seperti Ibnu Arabi, Syadzili, Qodiri, Mevlevi Rumi seperti banyak kajian tasawuf diberbagai Masjid saat ini. Itu hanya baru mempelajari mengenal tasawuf bukan
bertasawuf. Sangat berbeda jauh antara bertasawuf dan mempelajari buku atau hadir dalam ceramah tasawuf jauh, dampak dan pemahamannya bagai setetes air
dibanding samudera. Bertasawuf adalah melaksanakan dzikir dan mengambil Mursyid dengan berbayat. Bila ia mendengarkan ceramah dari Mursyid tasawuf yang Wali
Allah, maka ia akan mendapatkan ilmu sekaligus Hikmah.

Ilmu seperti pesawat terbang yang indah bentuknya.
Hikmah seperti Bahan Bakarnya. Begitu banyak orang
yang bangga dengan keindahan ilmunya, tetapi tanpa
bahan bakar hikmah ia tetap didarat tak dapat terbang.
Hikmah didapatkan dari mendengarkan langsung dan
bersama Wali Allah, sementara ilmu dari ulama biasa
kadnag membebani. Himah tak dapat terlupa dan
mengatkan, sementara ilmu ketika kita sudah tua, maka
yang menghancurkan ilmu adalah LUPA ( Hadist Nabi
saw). Hikmah adalah langsung mendengar dan bertemu,
karena ada dua macam ilmu. Ilmu Awroq ( tulisan) dan
Ilmu Azwaq (Rasa). Ketika kita mendengar seorang
Kekasih Allah/Wali Allah bicara, maka ilmu rasa yang
ditransfer langsung kedalam kalbu kita. Ketika kita
menulis dari ceramah Wali Allah, maka yang semula kita
terima dalam bentuk Hikmah, berubah menjadi Ilmu.
HImah adalah RASA, peretmuan langsung dengan Para Wali
Allah. Berjamaah dengan wali Allah, bagaikan iabadah
70 tahun, maka carilah para Wali Allah.

Itulah sebabnya Umar ra ketika berencana membunuh Nabi
saw dan ketika berhadapan langsung dengan Nabi saw,
maka ia masuk islam. Inilah ilmu Rasa yang ditransfer
melalui tatapan mata, melalui pertemuan langsung, ilmu
para Nabi dan Kekasih Allah, yang merubah benci
menjadi cinta. Ada dua macam ilmu, Ilmu yang darei
ucapan ulama biasa dan Ilmu yang sejati ditransfer
dengan langsung bicara dan kemudian ditransfer dari
hati ke hati. Ilmu Ulama yang bukan Wali Allah, ketika
kalian mendengarnya kadang ego menolak, karena berasal
dari luar. Tetapi Ilmu Wali Allah bekerja dengan dua
cara , dari luar dan dari dalam, dari luar berupa
ucapan, dari dalam berupa ilham ilahiah yg dimasukkan
kehati setiap muridnya. Dan ketika muridnya
melakukannya ia mersakan hal itu dari inspirasinya
sendiri sehingga ia ihklas melakukannya tanpa beban
sedikitpun. Itulah cara kerja Wali Allah dalam
membersihkan dan membenahi para muridnya.

Seorang siswa kedokteran ahli bedah, tidak bisa
menjadi ahli bedah hanya dengan membaca buku2 tentang
ilmu bedah. Seperti orang yang menulis tentang mabuk
tetapi ia sendiri belum pernah merasakan mabuk.
Seorang ahli bedah haruslah telah menjalani praktek
bedah, latihan dengan langsung membedah dibawah
bimbingan dokter ahli bedah yang ahli yg telah
berkali2 membedah manusia.

Demikian pula tasawuf, ada banyak profesor, DR
mendalami tasawuf dan mengajar tasawuf, tetapi ketika
ditanya siapa Mursyidnya, mereka mengatakan tidak
memiliki mursid. Artinya bagaimana seorang penulis
tentang jantung bicara tentang membedah jantung
padahal dia bukan dokter ahli jantung, padahal dia
belum pernah melakukan pembedahan? Bagaimana seorang
yang belum pernah memiliki mursyid bicara tentang
tasawuf padahal dia belum bertasawuf? Tasawuf adalah
pengalaman rasa, bukan ilmu tulisan. Tasawuf adalah
Ilmu Azwaq ( Ilmu Rasa) bukan ilmu Awroq, Ilmu
tulisan. Tasawuf adalah mengambil bay’at dari Mursyid
hakiki dan melaksanakan dzikir yang telah ditetapkan
sesuai tariqahnya, dan menjalankan amalan hanya dengan
perintah Syaikh/Mursyid yang Hakiki.

Ada begitu banyak sufi palsu, ada begitu banyak Guru
sufi palsu yang hanya menjelekkan citra sufi. Secara
syariah mereka tidak mengerjakan, secara sunah mereka
menjauhi sunah. Tak ada tariqah tanpa syariah, karena
seumpama syariah adalah lilin penerang untuk menjalani
jalan tariqah agar tak tersesat dan menuju hakikat.
Imam Malik, Imam Mazhab Maliki mengatakan Syariat
tanpa tasawuf adalah zindik, dan tasawuf tanpa syariat
adalah sesat. Jadi muslim sejati harus memiliki
keduanya, untuk mencapai maqam mukmin (memiliki iman
yg sejati) dan mencapai maqam muhsin ( ihsan, dimana
ketika solat seolah berhadapan dgn Allah, Allah selalu
melihat kita)

Setiap orang perlu pembimbing ruhani sejati, hanya
124.000 wali disetiap masa yang merupakan pembimbing
sejati. Berdoalah,”Ya Allah kirimkanlah para KekasihMU
untuk membimbing hamba yang lemah ini”. Siapa berdoa,
maka ia akan medapat jawabannya. Siapa yg mencari
Mursyid sejati, maka ia akan menemukannya. Tetapi saat
ini setiap orang bangga dengan dirinya, mereka
mengatakan gurunya cukup dengan buku. Padahal ketika
mereka secara fisik sakit dan harus menjalani operasi,
mereka bagaikan orang lemah yg setuju harus
menandatangani berita acara operasi. Bahkan tanpa
mereka perlu membacanya, karena mereka telah pasrah
dengan penyakitnya.

Tetapi ketika qalbu mereka sakit, ketika hati mereka
berkarat, ketika mereka tak mampu mengalahkan egonya,
mereka tetap tak mau mencari obat dari Sang Pembimbing
Ruhani Sejati para Wali Allah. Mereka para Awliya (
Wali-Wali Allah) tak butuh uang anda, tak butuh
pujian, mereka orang yg ikhlas bekerja sepanjang hari
tak kenal lelah tanpa bayaran, cukup Allah dan
Rasulullah saw bagi mereka. Ketika kalian akan
menyebrang padang pasir yang tak dikenal, kalian
perlukan penunjuk jalan, agar tak tersesat, agar tahu
bahaya yg menanti disetiap langkah, mungkin badai
pasir, binatang buas, ular, pasir yang menelan dsb.
Tentu saja penunjuk jalan itu telah melalui padang
pasir itu berkali2 sehingga mengetahui karakter padang
pasir itu.

Demikian juga apakah kalian pikir meniti jalan ruhani
jauh lebih mudah daripada menyebrang padang pasir tak
dikenal?. Mereka yang dikuasai ego , memerlukan
bimbingan guru ruhani sejati yg telah mengalahkan
egonya, dan mengetahui cara memotong tangan2 gurita
ego dari korbannya. Setiap orang perlu mencari Wali
Allah sebagai pembimbing, bukan hanya ulama biasa yang
terkadang masih memiliki ego yang tinggi.

Ilmu Ulama biasa dibanding Wali Allah, ilmunya bagai
setetes air dari samudera ilmu wali Allah. Ilmu Wali
Allah dibanding ilmu sahabat Nabi saw, bagai setetes
dari samudera ilmu sahabat. Dan ilmu sahabat Nabi
dibanding Nabi saw, bagai setetes dari samudera ilmu
Nabi saw. Carilah Wali Sejati yang akan membimbing
kalian, begitu banyak jalan tariqah sufi ini telah
ditunjukkan tetapi ego selalu menolak. Ketika kita
akan melangkah kepada yang Haqq, maka seratus setan
dalam bentuk manusia, jin mencegah kalian untuk
mendekati yang Haqq. Berjuanglah untuk mencari yang
Haqq. Ada dua kubu dalam islam, Islam yang Penuh Cinta
dan Islam yang penuh kebencian. Hanya jalan CINTA yang
nanti akan Allah ridhoi. Hanya jalan cinta yang
merupakan jalan Nabi saw. Mengapa kalian tak megikuti
Nabi saw ketika dihujani batu di Thaif tetapi tetap
mendoakan umatnya agar selamat, tanpa dendam, itulah
jalan cinta.

Mengapa kita perlu Mursyid? Imam Ghazali dalam buku
Ihya Ulumudin mengatakan tanpa Mursyid maka mursyid
kalian adalah setan. Ya setan bermain dengan ego
kalian, karena kalian selalu akan terhambat mencapai
kemajuan spiritual bila tak memiliki bimbingan. Bahkan
untuk belajar matematika saja kalian perlu guru. Tentu
berbeda matematika SD dan Perguruan tinggi. Tentu
berbeda islamnya kalian ketiaka kecil dan untuk
mencapaiiman dan ihsan. Untuk mencapainya kalian perlu
mensucikan jiwa kalian, membersihkan dari ego,
membersihkan karat hati dari maksiat. Jalan pintas
tercepat adalah memiliki guru para Wali Allah yang
penuh cinta, dialah pembimbing sejati.

Mengapa kalian perlu guru dan bay’at? Karena di
Mahsyar nanti meskipun mereka ahli tahajud, ahli
quran, ahli puasa, mereka akan ditanya, Siapa Imam mu?
Apa yang kalian jawab, tak punya Imam, maka kalian
akan dibiarkan di mahsyar selama 50.000 tahun dimana
sehari sama dengan seribu tahun. Sampai kalian
mendapat syafaat Nabi saw atau ampunan Allah baru
kalian diperkenankan masuk surgaNYA. Itulah sebabnya
di Al-Quran dikatakan masukilah rumah melalui
pintu2nya. Artinya mengenal agama ini melalui
pintu2nya. Nabi saw mengenal islam melalui Malaikat
Jibril as, Abu Bakar ra mengenal agama melalui Nabi
saw, terus hingga tabiin, tabiit, Imam Mazhab dan
sampai kepada Wali Akhir Zaman ini. Merekalah yang
perlu kalian ikuti. Insya Allah siapapun yang mencari
dan berdoa, untuk memdapatkan Pembimbing Sejati Para
Kekasih Allah, maka mereka akan mendapatkannya. Amin
Ya Rabbal alamin. Karena Allah selalu menjaga Walinya
124.000 Wali disetiap jaman., Mereka adalah manusia
yang selalu dijaga Allah.

Saturday 6 December 2008

O God, Another Night is passing away,



O God, Another Night is passing away,
Another Day is rising --
Tell me that I have spent the Night well so I can be at peace,
Or that I have wasted it, so I can mourn for what is lost.
I swear that ever since the first day You brought me back to life,
The day You became my Friend,
I have not slept --
And even if You drive me from your door,
I swear again that we will never be separated.
Because You are alive in my heart.


rabi'ah al-adawiyya

Friday 5 December 2008

Ucapan Kaum ‘Arifin


Rasulullah Saw bersabda:
“Seseorang itu berada dalam lindungan sedekahnya sampai ditunaikan kepada sesama atau bersabda: “(sehingga) dipastikan bagiannya terhadap sesamanya.”

Hal demikian, karena seseorang harus meninggalkan sedikit apa yang dicintainya bagi Tuhannya. Bagaimana (alangkah bagusnya) seandainya semuanya dikeluarkan?
Allah Swt berfirman kepada Nabi Dawud as, “Berilah kabar gembira kepada para pendosa, bahwa Aku Maha ampun. Dan berilah kabar kepada kaum shiddiqin bahwa sesungguhnya Aku Maha Cemburu.”
Diriwayatkan bahwa Nabi Yusuf as, ketika dilemparkan ke dalam sumur seakan-akan berkata, “Siapa yang bermain-main dalam khidmah pada Tuhannya, maka tempatnya adalah terlempar dalam sumur.”

Ada sejumlah petikan wacana dari kaum sufi, yang membangkitkan semangat mereka yang berserasi dengan Allah Swt, antara lain:
  • Sungguh, bagi orang yang kenal Tuhan, tidak layak mengeluh dari cobaan. Karena setiap orang yang tidak mengenal Tuhan, setiap ucapan adalah pengakuan. Sedangkan bagi orang ‘arif tidak ada lagi pengakuan, dan bagi pecinta tidak ada lagi keluhan.
  • Bila pertolongan Allah mendahuluinya, segala luka nestapa akan roboh karenanya.
  • Bila pertolonganNya tiba, kewalian menjadi keharusan baginya. Karena pertolongan itulah kewalian ada, dan kewalian merobohkan luka duka.
  • Yang urgent bukanlah kewalian, tetapi yang penting adalah pertolongan. Siapa pun tak akan meraih kewalian manakala kehilangan pertolongan.
  • Orang yang teguh adalah orang yang merahasiakan rahasia.
  • Wujud Allah telah membuang wujud makhluk, maka buanglah pengakuan diri, engkau temukan maknanya.
  • Siapa yang batinnya benar, maka seluruh ucapannya manis.
  • Jangan tertipu oleh indahnya waktu, karena di baliknya ada sejumlah bencana.
  • Jangan tertipu oleh indahnya ibadah, karena di dalamnya ada kealpaan dirimu pada sifat RububiyahNya.
  • Singkirkan dua rumah (dunia dan akhirat) dan berbahagialah dengan Allah Robbul ‘alamin.
  • Mohon petunjuklah kepada Allah, sebab Dia adalah sebaik-baik bukti. Berserahlah kepadaNya, sebab Dia sebaik-baik tempat berserah diri.
  • Sepanjang qalbu hamba bergantung pada selain Allah, maka pintu kebeningan hati tertutup.
  • Kemesraan bersama Allah adalah cahaya yang memancar, dan mesra dan gembira dengan makhluk adalah kesusahan.
  • Sumber rahasia adalah qalbu orang-orang yang abik bersama Allah, sedangkan hati orang yang dekat dengan Allah adalah benteng rahasia-rahasiaNya.
  • Qalbu, ketika gagal diberi cobaan Tuhan ia akan lepas dari wilayah Sang Kekasih.
  • Sebaik-baik rezeki adalah yang sesuai dengan kebutuhan. Sebaik-baik dzikir adalah yang tersembunyi (dalam hati).
  • Tawakallah, engkau dapatkan kecukupan. Mohonlah, engkau diberi.
  • Bukan orang yang jiwanya cerdas, orang yang membuat pilihan, tetapi tidak menurut pilihan Sang Kekasih.
  • Menurut apa yang yang berarti bagimu, engkau raih cita-citamu.
  • Sang hamba, jika Allah membencinya, para makhluk akan membencinya. Jika Allah meridloi-nya, selain Allah akan meridloinya.
  • Permintaan maaf pecinta pada Sang Kekasih adalah kebajikan. Sedangkan perbuatan dosa pecinta pada Kekasihnya adalah terampuni.
  • Siapa yang berhasrat menuju Tuhan, berarti menghamparkan diri untuk cobaan.

Saling Mencintai

Allah Swt. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatang­kan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.”
(Q.s. Al-Maidah: 54).

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
“Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barangsiapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya.” (H.r. Bukhari).

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Nabi Saw, dari Jibril as. yang memberitahukan bahwa Tuhannya Allah Swt telah berfirman:

“Barangsiapa menyakiti salah seorang wali-Ku, berarti telah memaklumkan perang kepada-Ku. Dan tidaklah Aku merasa ragu-­ragu dalam melakukan sesuatu pun sebagaimana keraguan-Ku untuk mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman, karena dia membenci kematian dan Aku tak suka menyakitinya, namun kematian itu harus terjadi. Tak ada cara taqarrub yang paling Kucintai bagi seorang hamba-Ku dibanding melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Kuperintahkan kepadanya. Dan senantiasa dia mendekati Ku dengan melakukan ibadat-ibadat sunnah sampai Aku mencintainya. Dan siapa pun yang Kucintai, Aku menjadi telinga, mata, tangan, dan tiang penopang yang kokoh baginya.”
(Hadis dikeluarkan oleh Ibnu Abud Dunya, al-Hakim, Ibnu Mardawieh dan Abu Nu’aim serta Ibnu Asaakir, riwayat dari Anas r.a.).

“Barangsiapa menyakiti salah seorang wali-Ku, berarti telah memaklumkan perang kepada-Ku. Dan tidaklah Aku merasa ragu-­ragu dalam melakukan sesuatu pun sebagaimana keraguan-Ku untuk mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman, karena dia membenci kematian dan Aku tak suka menyakitinya, namun kematian itu harus terjadi. Tak ada cara taqarrub yang paling Kucintai bagi seorang hamba-Ku dibanding melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Kuperintahkan kepadanya. Dan senantiasa dia mendekati Ku dengan melakukan ibadat-ibadat sunnah sampai Aku mencintainya. Dan siapa pun yang Kucintai, Aku menjadi telinga, mata, tangan, dan tiang penopang yang kokoh baginya.”
(Hadis dikeluarkan oleh Ibnu Abud Dunya, al-Hakim, Ibnu Mardawieh dan Abu Nu’aim serta Ibnu Asaakir, riwayat dari Anas r.a.).

Pengenalan Allah Kepadamu



Kapan pun Allah memberikan sesuatu padamu, dalam rangka Dia memperlihatkan kebajikanNya padamu, dan kapan pun Dia menghalangi keinginanmu dalam rangka Dia memperlihatkan sifat Maha MemaksaNya. Dua hal di atas, masing-masing dalam rangka mengenalkan padamu sekaligus menghadapkan sifat Maha Lembutnya padamu.

Sesuatu yang berbeda dalam perjalanan takdir Allah, naik turun dan bahkan bergolak dalam diri kita, sesungguhnya itu semua merupakan cara Allah mengenalkan ma'rifatNya, dan keduanya adalah rahmat dan kelembutan dariNya. Tidak bisa kita sebutkan dibalik sifat perkasaNya lalu kita merasa terjauhkan dari Maha LembutNya? Bukan begitu. Namun dibalik sifat perkasaNya yang bisa menghalangi kehendak kita pun, sesungguhnya tersembunyi Sifat Rahmat dan LembutNya.

Orang yang beriman, baik diberi atau dihalangi apa yang diinginkan, mestinya sama saja nilainya. Orang beriman harus disibukkan memuji kepada Allah, baik dalam kondisi suka maupun duka. Namun hawa nafsu kita serta ketidakfahaman jiwa kita, membuat kita merasa pedih terhadap hal-hal yang kita rasakan gagal.
Banyak orang yang memahami bahwa Kelembutan Ilahi serasa hilang ketika Allah memberikan cobaan yang bertubi-tubi. Salah faham yang luar biasa manakala kita memahaminya sedemikian sempit. Karena pada saat yang sama ia merasa su'udzon kepada Allah Ta'ala, dan cintaNya tak berpihak padanya.
Padahal sesuatu yang terhalang, gagal, atau pun hal-hal yang tak memenuhi tarjet cita-citamu, adalah anugerah Allah pula. "Keterhalangan itulah hakikat pemberianNya."

Allah Maha Tahu kondisi dan situasi batin kita, apakah Allah harus membentak kita, karena kita banyak lalai dan sering meremehkanNya, ataukah Allah harus memberikan "bisikan halus" yang indah karena jika "dibentak" Allah, si hamba malah celaka? Inilah yang harus difahami dengan benar. Bagaimana Allah mendidik kita dengan PengetahuanNya Yang Paripurna agar kita mengenal DiriNya, dan caranya hanya Allah yang menginteraksikan bentuk, ruang waktu dan metode yang "langsung" dariNya melalui kebahagiaan dan pepahitan.

Kesiapan Menerima Pancaran Cahaya




Datangnya anugerah itu menurut kadar kesiapan jiwa, sedangkan pancaran cahayaNya menurut kadar kebeningan rahasia jiwa.

Anugerah, berupa pahala dan ma’rifat serta yang lainnya, sesungguhnya terga tung kesiapan para hamba Allah. Rasulullah saw, bersabda:

“Allah swt berfirman di hari qiamat (kelak): “Masuklah kalian ke dalam syurga dengan rahmatKu dan saling menerima bagianlah kalian pada syurga itu melalui amal-amalmu.” Lalu Nabi saw, membaca firman Allah Ta’ala “Dan syurga yang kalian mewarisinya adalah dengan apa yang kalian amalkan.” (Az-Zukhruf: 72)

Adapan pancaran cahaya-cahayaNya berupa cahaya yaqin dan iman menurut kadar bersih dan beningnya hati dan rahasia hati. Beningnya rahasia hati diukur menurut kualitas wirid dan dzikir seseorang.

Dalam kitabnya Lathaiful Minan, Ibnu Athaillah as-Sakandary menegaskan, “Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala menanamkan cahaya tersembunyi dalam berbagai ragam taat. Siapa yang kehilangan taat satu macam ibadah saja dan terkaburkan dari keselarasan Ilahiyah satu macam saja, maka ia telah kehilangan nur menurut kadarnya masing-masing. Karenanya jangan mengabaikan sedikit pun atas ketaatan kalian. Jangan pula merasa cukup wirid anda, hanya karena anugerah yang tiba. Jangan pula rela pada nafsu anda, sebagaimana diklaim oleh mereka yang merasa dirinya telah meraih hakikat dalam ungkapannya, sedangkan hatinya kosong…”
Jangan keblinger dengan Cahaya atau bentuk Cahaya sebagaimana tergambar dalam pengalaman mengenai Cahaya lahiriyah, baik yang berwarna warni atau satu warna. Cahaya batin sangat berhubungan erat dengan kebeningan batin, tidak ada rupa dan warna yang tercetak. Melainkan pancaran Cahaya keyakinan total kepadaNya.

Perihal pancaran Cahaya ini, beberapa item pernah kita ungkap di edisi 2006, namun masih relevan untuk kita renungkan kembali, dan tertuang dalam kitab Al-Hikam:

  1. “Bagaimana hati bisa cemerlang jika wajah semesta tercetak di hatinya? Bagaimana bisa berjalan menuju Allah sedangkan punggungnya dipenuhi beban syahwat-syahwatnya? Bagaimana berharap memasuki hadhirat Ilahi sedangkan ia belum bersuci dari jinabat kealpaannya? Atau bagaimana ia faham detil rahasia-rahasiaNya, sedangkan ia tidak taubat dari kelengahannya?”
  2. Semesta kemakhlukan adalah awal dari hijab Cahaya, dan ikonnya ada pada nafsu syahwat dan kealpaannya.
  3. “Siapa yang cemerlang di awal penempuhannya akan cemerlang pula di akhir perjalannya.” Kecemerlangan ruhani dengan niat suci bersama Allah dalam awal perjalanan hamba, adalah wujud pantulan Cahaya yang diterima hambaNya, karena yang bersama Allah awalnya akan bersama Allah di akhirnya.
  4. “Orang-orang yang sedang menempuh perjalanan menuju kepada Allah menggunakan petunjuk Cahaya Tawajuh (menghadap Allah) dan orang-orang yang sudah sampai kepada Allah, baginya mendapatkan Cahaya Muwajahah (limpahan Cahaya). Kelompok yang pertama demi meraih Cahaya, sedangkan yang kedua, justru Cahaya-cahaya itu bagiNya. Karena mereka hanya bagi Allah semata, bukan untuk lainNya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an, “Katakan, Allah” lalu tinggalkan mereka (selain Allah) terjun dalam permainan.” Itulah hubungan Cahaya dengan para penempuh dan para ‘arifun, begitu jauh berbeda.
  5. “Cahaya adalah medan qalbu dan rahasia qalbu. Cahaya adalah pasukan qalbu, sebagaimana kegelapan adalah pasukan nafsu. Bila Allah hendak menolong hambaNya, maka Allah melimpahkan padanya pasukan-pasukan Cahaya, dan memutus lapisan kegelapan dan tipudaya.”
  6. Wilayah Cahaya adalah qalbu, ruh dan sirr. Cahaya akan memancar sebagai instrument, wujud adalah hakikat yaqin yang memancar melalui instrumen pengetahuan yang dalam tentang Allah.
  7. “Allah mencahayai alam lahiriyah melalui Cahaya-cahaya makhlukNya. Dan Allah mencahayai rahasia batin (sirr) melalui Cahaya-cahaya SifatNya. Karena itulah cahaya semesta lahiriyah bisa sirna, dan Cahaya qalbu dan sirr tidak pernah sirna.”
  8. “Pencerahan Cahaya menurut kebeningan rahasia batin jiwa”.
  9. “Sholat merupakan tempat munajat dan sumber penjernihan dimana medan-medan rahasia batin terbentang, dan di dalamnya Cahaya-cahaya memancarkan pencerahan.” Karena itu cita dan hasrat anda, hendaknya pada penegakan sholat, bukan wujud sholatnya.
  10. “Apabila cahaya yaqin memancar padamu, pasti anda lebih dekat pada akhirat dibanding jarak anda menempuh akhirat itu sendiri. Dan bila anda tahu kebaikan dunia, pasti menampakkan gerhana kefanaan pada dunia itu sendiri.” Maksudnya, nuansa ukhrowi menjadi lapisan baju anda, yang melapisi Nuansa Ilahi. Segalanya terasa dekat tanpa jarak padamu.
  11. “Tempat munculnya Cahaya adalah hati dan rahasia jiwa. Cahaya yang ditanamkan dalam hati adalah limpahan dari Cahaya yang menganugerah dari khazanah rahasia yang tersembunyi. Ada Cahaya yang tersingkapkan melalui makhluk-makhluk semesta, dan ada Cahaya yang tersingkapkan dari Sifat-sifatNya. Terkadang hati berjenak terhenti dengan Cahaya-cahaya, sebagaimana nafsu tertirai oleh alam kasar dunia.” Itulah ragam Cahaya, ada Cahaya muncul dari kemakhlukan ada pula Cahaya SifatNya. Tetapi, jangan sampai Cahaya jadi tujuan, agar tidak terhijabi hati kita dari Sang Pemberi Cahaya, sebagaimana terhijabinya nafsu oleh alam kasar dunia.
  12. “Cahaya-cahaya rahasia jiwa ditutupi oleh Allah melalui wujud kasarnya alam semesta lahiriyah, demi mengagungkan Cahaya itu sendiri, sehingga Cahaya tidak terobralkan dalam wujud popularitas penampakan.” Itulah Cahaya yang melimpahi para ‘arifin, auliya’ dan para sufi, yang dikemas oleh cover tampilan manusia biasa. Sebagaimana Rasulullah saw, disebutkan , “Bukanlah Rasul itu melainkan manusia seperti kalian, makan sebagaimana kalian makan, minum sebagaimana kalian minum.” Ini semua untuk menjaga agar para hamba tidak berambisi popularitas, dan merasa bahwa Cahaya itu muncul karena upayanya.
  13. “Cahaya-cahaya para Sufi mendahului wacananya. Ketika Cahaya muncul maka muncullah wacana” Para Sufi dan arifun berbicara dan berwacana, bukan karena aksioma logika, tetapi karena limpahan Cahaya, baru muncul menjadi mutiara kata. Sementara para Ulama, wacananya mendahului cahayanya.
  14. “Ada Cahaya yang diizinkan untuk terbiaskan, ada pula Cahaya yang diizinkan masuk di dalam jiwa.” Ada Cahaya yang hanya sampai di lapis luar hati, tidak masuk ke dalam hati, sebagaimana orang yang menasehati tentang hakikat tetapi dia sendiri belum sampai ke sana. Ada Cahaya yang menghujam dalam jiwa, dan dada menjadi meluas, dengan ditandainya sikap merasa hampa pada negeri dunia penuh tipudaya, dan menuju negeri keabadian, serta menyiapkan diri menjemput maut.
  15. “Janganlah anda menginginkan agar warid menetap terus menerus setelah Cahaya-cahayanya membias dan rahasia-rahasiaNya tersembunyi.” Itulah perilaku para pemula, biasanya ingin agar Cahaya-cahaya warid itu menetap terus menerus. Padahal suatu kebodohan tersendiri, karena penempuh akan lupa pada Sang Pencahaya.
  16. “Sesungguhnya suasana keistemewaan itu ibarat pancaran matahari di siang hari yang muncul di cakrawala, tetapi Cahaya itu tidak dari cakrawala itu sendiri, dan kadang muncul dari matahari Sifat-sifatNya di malam wujudmu. Dan kadang hal itu tergenggam darimu lalu kembali pada batas-batas dirimu. Siang (Cahaya) bukanlah darimu untukmu. Tetapi limpahan anugerah padamu.”
  17. “Cahaya-cahaya qalbu dan rahasia jiwa tidak diketahui melainkan di dalam keghaiban alam malakut. Sebagaimana Cahaya-cahaya langit tidak akan tampak melainkan dalam alam nyata semesta” Orang yang mampu memasuki alam malakut adalah yang dibukakan Cahaya-cahaya qalbu dan jiwanya. Begitu juga nuansa pencerahan Cahaya qalbu dan rahasia qalbu itu, merupakan rahasia tersembunyi di alam Malakut.
  18. Dan lain sebagainya, yang menggambarkan soal pencahayaan ini. Karena berbagai ragam, bisa memberikan sentuhan Cahaya, apakah Cahaya qalbu, Cahaya ruh dan Cahaya Sirr yang memiliki karakteristik berbeda-beda dalam kondisi ruhani para hamba Allah.

The Right Way


Islam is the right way, the truth,
Presented to mankind, to adults and the youth.
A beautiful religion, the only way to success.
Follow the religion and for eternity you’ll be blessed.


However, today Islam has been portrayed as something else,
Something horrible, something bad, but this is all false.
Don’t listen to the news what they say about Islam is wrong.
Read the books of Islam and all the falsehood will be gone.


Muhammad (SAW) is the last promised Prophet.
However, qadiyanis think that Mirza Gulam Ahmad was it.
They’re wrong you see, they think he’s the Messiah and more.
True Islam do they not taste, do they not adore.


Nabi (SAW) prophesised that 73 sects will evolve
And today we see many, Islam’s new puzzle we can’t solve.
Why Shias? Why Brelvis? Why Ahmediyyas?
Follow the Qur’an and Sunnah and the Sahabas!


To make this easy, Allah Ta’ala blessed us with Imam Bukhari,
Imam Muslim, Imam Abu Dawood and Imam Tirmidhi.
The list doesn’t stop coz there’s Imam Malik, Imam Nasa’ee,
Imam Ahmad, Abu Hanifah and Shafi’ee.


Many more scholars have passed,
Who came to remove falsehood from the Ummah’s hearts.
The 4 schools of thought they then formed
With their piety and righteousness we were forewarned
To stay away from the misguided, ‘cause we’ll not reach Jannah
The 4 schools are really the words of the Qur’an and Sunnah.
None of their fataawas were of their own opinion
But with daleels and a lot of work, the answers were brought forth


So my brothers, my sisters, listen to this once
Follow Haq (truth) and insha’Allah you will not bounce
From hell to heaven, but you’ll go flying to Jannah
So do dhikr daily, always remember Allah
Keep on the straight path, do not hesitate
To talk to Allah, ‘cause mercy awaits at His gates
Let your tears flow, it’s a sign of forgiveness
Follow the right path and insha’Allah you will truly attain success.

Aishah


Saturday 29 November 2008

The Believers



In this life we have a great job to do;
It is a trial for us and we're just passing through.

The Holy Qur'an will always be our Guide:
It is ALLAH's Final Revelation that we must abide.

We constantly combat wrong and strive for Right...
We're champions of the oppressed, in a worldwide fight!

Working together to establish our place;
Falsehood, ignorance, and poverty we will erase!

Let us build model communities throughout the land...
Our descendants will know we followed ALLAH's Command.

We will produce from ALLAH's Earth our material share:
Don't give us things such as food stamps and welfare!

Our Islamic communities will produce everything we need...
May ALLAH bless us with faith, patience, and perseverance to succeed!


Muhammad Ali

Indahnya Guliran Takdir


Orang yang salah memahami taqdir akan menganggap perjuangan, kerja keras dan doa nya mampu mengubah ketentuan yang telah Allah tetapkan. Ia mengira karena Allah melihat dan bersimpati pada perjuangan, kerja keras dan doanya lalu Allah pun membuat ketentuan baru. Ia merasa bahwa kehendak dan rencananya ada didepan sementara kehendak dan rencana Allah menyusul kemudian.
Anggapan dan perasaan yang demikian dapat membawa seseorang pada kesesatan dan tindakan durhaka yang paling tidak beradab karena tanpa disadari ia telah memposisikan diri sebagai Tuhan (yang menentukan) dan sebaliknya Tuhan menjadi hambanya yang harus mengikuti dan mewujudkan semua kemauannya. Karenanya hampir dipastikan orang yang salah memahami taqdir jiwanya kacau dan ia bakal menerima “kutukan” yang paling ekstrem yakni hilangnya makna dan orientasi hidup.

Perkenalan Muhammad Ali Mansur pada Dunia sufi makin membulatkan tekadnya untuk pasrah pada suratan Taqdir. Kepasrahannya pada taqdir membuatnya tenang dalam sabar, relaks dalam tawakkal, sarat motivasi ilahiah dalam berikhtiar.

Bekerja dalam pandangan Ali kini merupakan aktualisasi taqdir. Definisi sukses dalam perbendaharaan kamus hidupnya selalu dikaitkan dengan dan bersama Allah yang menghiasi sanubari hatinya. Ikhtiar tak lebih dari sekedar proses yang Allah gelar untuk manusia agar tak terpedaya oleh nafsu dalam menjemput rizki yang sudah Allah siapkan untuk hamba-Nya. Istiqamah adalah puncak karomah. Karena itu, baginya bekerja adalah kelengkapan hidup di dunia dan menjadi ibadah tersendiri jika dilakukan penuh dengan kepasrahan pada-Nya. Begitu indahnya hidup dalam guliran taqdir.

---(ooo)---
Izhaque

Monday 24 November 2008

Ingin Melihat Posisi Anda di Sisi Allah?

Manakala anda ingin melihat posisi anda di sisiNya, maka lihatlah bagaimana Allah memposisikan dirimu (saat ini).Allah menjadikan makhluknya menjadi dua kelompok besar. Kelompok celaka dan kelompok bahagia.
Saat ini dimana posisi anda diantara dua kelompok tersebut, apakah anda masuk dalam kelompok celaka yang paling celaka, atau kelompok bahagia paling bahagia. Lihatlah dan refleksikan dimana hati anda saat itu.Bila anda masuk dalam posisi sedang taat dan penuh ubudiyah, berarti Allah sedang meninggikan derajat anda. Bila anda sedang maksiat dan mengingkari perintahNya, berarti Allah sedang menghinakan anda.Bila anda bersemangat untuk taubat, berarti Allah sedang mengampuni anda. Bila anda mengulur-ulur taubat anda berarti Allah belum mengampuni diri anda.
Jika hati anda terus menerus membenarkan wujud Tuhanmu dan Dialah Satu-satuNya yang berkuasa dan Diraja, serta diri anda meneladani jejak RasulNya, maka anda berada dalam golngan orang-orang yang mendapatkan limpahan kebajikan. Sebaliknya jika anda mengingkari semua itu, anda tergolong paling celaka ketika itu.
Apabila anda masuk golongan hamba yang berbahagia, tetapi anda ingin melihat posisi anda, apakah tergolong ahlul Qurbi (kalangan yang dekat dengan Allah) atau ahlul Bu'di (kalangan yang jauh dari Allah) maka coba anda tengok hati anda: Kalau anda mengenal Allah melalui makhluk-makhlukNya di semesta raya ini, maka anda tergolong kelompok yang jauh dari Allah. Tetapi kalau anda mengenal Allah melalui Allah, maka anda tergolong kaum yang dekat dengan Allah.
Anda yang menuju Allah tetapi masih melalui perantara semesta makhluk ini anda belum menemukan Allah, dan anda sulit selamat - kecuali Rahmat Allah --, melainkan anda harus ditolong oleh seorang Mursyid yang Kamil- Mukammil yang bisa mengantar anda di hadapan Allah.
Bila anda tergolong Ahlul Yamin, dan ingin mengetahui posisi anda apakah tergolong orang yang mulia atau tergolong yang terhina: Lihatlah apakah anda tergolong orang yang menjalankan perintahnya atau justru melanggar laranganNya.
Kalau anda melanggar perintahNya meremehkan ajaranNya, maka anda tergolong orang ang terhinakan. Termasuk terhinakan pula posisi anda manakala, adalah ketika anda malas-malasan beribadah, anda menerjang larangan dan memusuhi para waliNya.
Demikian yang diuraikan panjang lebar oleh Ibnu Ajibah al-Hasani dalam Syarah al-Hikam.

Thursday 13 November 2008

Sincerity

                        

Learn to call on Allah,
In the dark,
While Riding on a bus,
Or sitting in a park

Learn to do it when,
Alone in a room,
Or staying up late,
Staring at the moon
And if someone boasts about,
What he did for Allah,
And asks you to tell him,
What you did for Allah
Just Say, "Why should I tell you"
If I did it for Allah?"






YA ALLAH


All praises are for you Allah, how I hope that you are there. For sinful though I know I am, your displeasure I can not bear. Never, till this moment, did I realize how much I've strayed. Never, till now, was I more conscious of all those times when I should have prayed. For sins are like heavy baggage, that one carries through Life, the airport. Why didn't I realize sooner, that Earth is but a place of sport? Ya Allah ! Forgive me. Save me from the fire of Hell. Forgive me as you did my parents, from Jan'ah though they fell. Ya Allah ! Protect me. From myself for my soul is weak. Let me not falter ever, for Jan'ah is the abode I seek. Ya, Allah! Please help me. For I don't understand and thus, I fear. What happened to all those moments when I never doubted that you were near ? My actions once were guided, by my faith which, once, was strong. Ya Allah! please guide me . What happened, what went wrong ? Each footstep that I used to take, I took with you ever near my side. The Quran was my faithful companion, Rasoolallah my beloved guide. How I yearn for those bygone days Allah, for I know that the day comes near. When we'll each receive our just rewards, and Truth will stand sparkling clear. Life is like a spider's web Allah. We get caught in its tricky snare So thoroughly are we disillusioned, time for salat we can not spare. I sit here and I wonder, Ya Allah! Why did I fall so low ? What happened to my faith Allah? Where did my Iman go? In this earthly life of ours, so often does sin seem right. Falsehood seems to be the truth, as if days are confused with night. Man is an imperfect creature. And thus, Man shall always wrong. For the road to Jan'ah is rocky, and the journey seems awfully long. Ya Allah ! Our creator, we are all just peices of clay. Please help us with our steps in life, and let us not lose our way. All praises are for you Allah, I know that you are near. I know that you have read my heart, and my words I know you hear.

Cinta Sang Kekasih



Apakah karena Mengingat Para kekasih di Dzi Salam.
Kau campurkan air mata di pipimu dengan darah.

Ataukah karena angin berhembus dari arah Kazhimah.
Dan kilat berkilau di lembah Idlam dalam gulita malam.

Mengapa bila kau tahan air matamu ia tetap basah.
Mengapa bila kau sadarkan hatimu ia tetap gelisah.

Apakah sang kekasih kira bahwa tersembunyi cintanya.
Diantara air mata yang mengucur dan hati yang bergelora.

Jika bukan karena cinta takkan kautangisi puing rumahnya.
Takkan kau bergadang untuk ingat pohon Ban dan ‘Alam.

Dapatkah kau pungkiri cinta, sedang air mata dan derita.
Telah bersaksi atas cintamu dengan jujur tanpa dusta.

Kesedihanmu timbulkan dua garis tangis dan kurus lemah.
Bagaikan bunga kuning di kedua pipi dan mawar merah.

Memang terlintas dirinya dalam mimpi hingga kuterjaga.
Tak hentinya cinta merindangi kenikmatan dengan derita.

Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku.
Seandainya kau bersikap adil takkan kau cela aku.

Kini kau tahu keadaanku, pendusta pun tahu rahasiaku.
Padahal tidak juga kunjung sembuh penyakitku.

Begitu tulus nasihatmu tapi tak kudengar semuanya.
Karena untuk para pencaci, sang pecinta tuli telinganya.

Aku kira ubanku pun turut mencelaku.
Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.

(Syair Burdah al-Bushiri)

Ibadah Kok Cari Untung


Siapa pun yang beribadah kepada Allah karena motivasi kepentingan tertentu dengan harapan dariNya, atau beribadah dalam rangka menolak bencana dari Allah, maka sesungguhnya orang tersebut tidak berpijak dengan benar sesuai SifatNya.

Kenapa demikian?Karena betapa banyaknya orang beribadah kepada Allah tidak didasari keikhlasan (Lillaahi Ta'ala), tetapi demi yang lain, kepentingan duniawi, naiknya jabatan, dagangannya laku, bahkan demi menolak balak dan bencana atau siksa.
Apakah Allah Ta'ala memerintahkan kita melakukan ibadah dan menjauhi laranganNya karena sebuah sebab dan alasan-alasan tertentu?

Bukankah kita beribadah karena kita harus melakukan atau menyambut sifat RububiyahNya melalui sifat Ubudiyah kita?
Bukankah segalanya sudah dijamin Allah, dan segalanya dariNya, bersamaNya, menuju kepadaNya?

Apakah Allah tidak layak disembah, tidak layak menjadi Tuhan, tidak layak diabdi dan diikuti perintah dan laranganNya, manakala Allah tidak menciptakan syurga dan neraka?
Bukankah Rasulullah saw, mengkhabarkan, "Janganlah diantara kalian seperti budak yang buruk, jika tidak diancam ia tak pernah bekerja. Juga jangan seperti pekerja yang buruk, jika tidak diberi upah ia tidak bekerja…."

Dalam kitab Zabur Allah berfirman, "Adakah orang yang lebih zalim dibanding orang yang menyembahKu karena syurga atau takut neraka? Apakah jika Aku tidak menciptakan syurga dan neraka, aku tidak pantas untuk ditaati?"
Suatu hari Junaid Al-Baghdady dibangunkan oleh pamannya sekaligus gurunya, Sary as-Saqathy.
"Ada apa paman?"

"Aku melihat seakan-akan aku ada dihadapan Allah dan Dia berkata kepada saya….Wahai Sary, Aku menciptakan makhluk mereka merasa mencintaiKu. Begitu Aku menciptakan dunia, mereka lari semua dariKu dan tinggal sepuluh persen. Lalu Aku menciptakan syurga, sisa makhluk itu pun lari semua (ke syurga), tinggal satu persen saja. Lalu Aku memberikan cobaan kepada mereka ini, mereka pun lari semua dariKu tinggal 0,9 persen. Aku bicara pada makhlukKu yang tersisa itu yang masih bersamaKu.
"Bukan dunia yang kalian kehendaki, juga bukan syurga yang kalian inginkan, juga bukan neraka yang membuat kalian lari, lantas apa yang kalian mau?"

"Engkau lebih Tahu apa yang kami mau…" jawab mereka.
"Aku hendak memnindihkan bencana cobaan pada kalian sebanyak nafas kalian, yang bisa menghancurkan gunung-gunung, apakah kalian masih bersabar?" TanyaKu pada mereka.
Dan mereka pun menjawab, "Manakala Engkau Sendiri Yang memberi cobaan, lakukanlah sekehendakMu…."

Mereka itulah hamba-hambaKu yang sebenarnya.
Semua ini jadi renungan kita agar dalam setiap niat dan motivasi ibadah kita agar semata hanya menuju Allah, Lillahi Ta'ala, agar kitaterbebas dari penjara kemakhlukan, dan menyatu dalam Musyahadah denganNya. Ikhlas, adalah ruh dari seluruh ibadah kita. Bukan yang lainnya.

(serial Al-Hikam. sufinews.com)

Kenapa Kau Tuntut Tuhanmu?


Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
“Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah.”

Betapa banyak orang menuntut Allah, karena selama ini ia merasa telah berbuat banyak, telah melakukan ibadah, telah berdoa dan berjuang habis-habisan.

Tuntutan demikian karena seseorang merasa telah berbuat, dan merasa perlu ganti rugi dari Allah Ta’ala. Padahal meminta ganti rugi atas amal perbuatan kita, adalah wujud ketidak ikhlasan kita dalam melakukan perbuatan itu. Manusia yang ikhlas pasti tidak ingin ganti rugi, upah, pahala dan sebagainya. Manusia yang ikhlas hanya menginginkan Allah yang dicinta. Pada saat yang sama jika masih menuntut keinginan agar disegerakan, itu pertanda seseorang tidak memiliki adab dengan Allah Ta’ala.

Sudah sewajarnya jika kita menuntut diri kita sendiri, karena Allah tidak pernah mengkhianati janjiNya, tidak pernah mendzalimi hambaNya, dan semua janjinya tidak pernah meleset. Kita sendiri yang tidak tahu diri sehingga, kita mulai intervensi soal waktu, tempat dan wujud yang kita inginkan. Padahal itu semua adalah Pekerjaan Allah dan urusanNya.

Orang yang terus menerus menuntut dirinya sendiri untuk Tuhannya, apalagi menuntut adab dirinya agar serasi dengan Allah Ta’ala, adalah kelaziman dan keniscayaan. Disamping seseorang telah menjalankan ubudiyah atau kehambaan, maka si hamba menuruti perilaku adab di hadapanNya, bahwa salah satu adabn prinsipalnya adalah dirinya semata untuk Allah Ta’ala.

Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
“ Ketika Allah menjadikanmu sangat sibuk dengan upaya menjalankan perintah-perintahNya dan Dia memberikan rezeki, rasa pasrah total atas Karsa-paksaNya, maka sesungguhnya saat itulah betapa agung anugerahNya kepadamu.”

Anugerah paling agung adalah rezeki rasa pasrah total atas takdirNya yang pedih, sementara anda terus menerus menjalankan perintah-perintahNya dengan konsisten, tanpa tergoyahkan.
Wahb ra, mengatakan, “Aku pernah membaca di sebagian Kitab-kitab Allah terdahulu, dimana Allah Ta’ala berfirman:
“Hai hambaKu, taatlah kepadaKu atas apa yang Aku perintahkan kepadamu, dan jangan ajari Aku bagaimana Aku berbuat baik kepadamu.

Aku senantiasa memuliakan orang yang memuliakan Aku, dan menghina orang yang menghina perintahKu. Aku tak pernah memandang hak hamba, sehingga hamba memandang (memperhatikan) hakKu.”

Syeikh Abu Muhammad bin Abdul Aziz al-Mahdawi ra, mengatakan, “Siapa pun yang dalam doanya tidak menyerahkan dan merelakan pilihannya kepada Allah Ta’ala, maka si hamba tadi terkena Istidroj dan tertipu. Berarti ia tergolong orang yang disebut dengan kata-kata, “Laksanakan hajatnya, karena Aku sangat tidak suka mendengarkan suaranya.”. Namun jika ia menyerahkan pilihannya pada Allah Ta’ala, hakikatnya ia telah diijabahi walau pun belum diberi. Amal kebaikan itu dinilai di akhirnya…”

Friday 7 November 2008

CahayaMu ...



Assalamualaikum Wr.Wb. Mari kerumahku,Kekasih--Sebentar saja! Gelorakan jiwa kita,kekasih--Sebentar saja! Dari konya pancarkan cahaya cinta, ke samarkand dan bukhara sebentar saja! (Mawlana Jalaluddin Rumi)Dec 13, 2006
Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics... Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics... Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics Myspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter GraphicsMyspace Glitter Graphics, MySpace Graphics, Glitter Graphics

A'udzu billahi minasyaithonir rojim, Bismillahir rahmanir rahim...


Yaa Allah...Yaa Rabb Sinarilah hatiku dengan cahaya-Mu,Penuhilah dengan Cinta...Cinta kepada-Mu,Cinta kepada Rasul-Mu 'Muhammad' terkasih,Cinta kepada para Awliya-Mu...Jadikanlah Aku,Hamba yang selalu mencintai-Mu..Yaa Allah yaa Rabb... Engkaulah tujuanku, Ridho-Mu lah yang kuharapkan,Berikanlah Cinta dan Makrifat-Mu kepadaku Yaa Rabb.blog ini tercipta atas ridho-Nya semata...dan didedikasikan teruntuk Syaikhku Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani Ar Rabbani dan sulthonku Syaikh Muhammad Nazim Adil Al Qubrusi Al Haqqani..kepada para Guru-guru Naqsybandi dan Awliya Allah,Cintaku teruntuk Junjunganku Rasulullah Muhammad Tercinta...dan Cintaku yang Utama teruntuk Yang Satu Yang menciptakan diriku beserta Alam raya ini...Allah Azza Wa Jalla...

Siapakah Aku…

Aku bertanya : ”Siapakah aku ?”
Ia menjawab : ”Aku adalah Hamba-Nya…”
Aku bertanya : ”Apa yang sepantasnya Hamba lakukan ?”
Ia Menjawab : ”Dengan pengabdian dan Keikhlasan…”
Aku bertanya : ”Apakah selama ini aku sudah dengan sepenuh hati mengabdi ?”
Ia menjawab : ”tanyakan pada keraguan dan kegundahan hati mu…
Aku bertanya : ”Apakah aku sudah ikhlas dalam ibadahku..?”
Ia menjawab : ”tanyakan pada hati yang yang senatiasa ingin balasan…”
Aku bertanya : ”Apakah pantas aku menjadi hamba-Nya….?
Ia menjawab : ”Tanyakan pada ke’ada’anmu didunia…untuk apa..? untuk siapa..?
Dari siapa…? Menuju siapa..? bersama siapa..? karena DIA
adalah bukan apa ?….bukan pula Siapa…? Karena Dia adalah
yang ‘Ada’ Dari segala ketiadaan.



TAREKAT KITA ADALAH PERSAHABATAN (KEBERSAMAAN),DAN KEBAIKAN BERADA DALAM KEBERSAMAAN. (HADRAT KHWAJA SYEIKH BAHAUDDIN NAQSYBAND Q.S.)

Wednesday 5 November 2008

Allah The Creator

ow this big earth came to be,

And everything that we see,

Even things in outer space,

Came about by Allah's grace.

How people lived so long ago,

Lessons that we have to know,

And who does Allah love the best,

And why He puts us all to test.

How He makes the raindrops fall,

And what about the tree so tall,

What about the plants that grow,

And reasons for the wind to blow.

How about the oceans wide,

And different animals that we ride,

Not to mention mountains high,

And the magnificence of the sky.

Find out what we must not do,

Things that are bad for me and you,

Also things that are right,

And how we can all gain insight.

And the nature and the glory,

Unfolds like a beautiful story,

Of Almighty as He talks to you,

Conveying a message pure and true,

Read it up in the Qur`aan,

It will strengthen your Imaan.

By Sister Aisha Teladia (Aged 10) of Birmingham

Wednesday 24 September 2008

My Greatest Need is You



Your hope in my heart is the rarest treasure
Your Name on my tongue is the sweetest word
My choicest hours
Are the hours I spend with You --
O Allah, I can't live in this world
Without remembering You--
How can I endure the next world
Without seeing Your face?
I am a stranger in Your country
And lonely among Your worshippers:
This is the substance of my complaint.

The Great Physician


Welcome to the Great Physician's

Office hours are as you come,
He's a specialist in all problems
And His day is never done.

He can heal a heart that's broken
He can mend the spirit too,
No matter what your ailment
He does have the cure for you.

His fee for service never alters
He serves rich and poor as well,
He's our one chance for salvation
He alone saves us from Hell.

There's no fee for services rendered
All He asks is we believe.
and do as He has commanded us
And His blessings we will receive.

Do you have a special problem
That is troubling you this hour?
Then just simply turn to Him
You can find no greater power.

Don't delay in seeking treatment
Please my friend don't hesitate,
For His office is soon closing
And He'll shut and lock the gate.

I wouldn't want for you to suffer
While the doctor's so close by,
Your whole life will be much better
If the physician you will try.

Cinta

Syeikh Abul Qosim Al-Qusyairy
Allah Swt. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatang­kan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.”
(Q.s. Al-Maidah: 54).

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
“Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barangsiapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya.” (H.r. Bukhari).

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Nabi Saw, dari Jibril as. yang memberitahukan bahwa Tuhannya Allah Swt telah berfirman:

“Barangsiapa menyakiti salah seorang wali-Ku, berarti telah memaklumkan perang kepada-Ku. Dan tidaklah Aku merasa ragu-­ragu dalam melakukan sesuatu pun sebagaimana keraguan-Ku untuk mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman, karena dia membenci kematian dan Aku tak suka menyakitinya, namun kematian itu harus terjadi. Tak ada cara taqarrub yang paling Kucintai bagi seorang hamba-Ku dibanding melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Kuperintahkan kepadanya. Dan senantiasa dia mendekati Ku dengan melakukan ibadat-ibadat sunnah sampai Aku mencintainya. Dan siapa pun yang Kucintai, Aku menjadi telinga, mata, tangan, dan tiang penopang yang kokoh baginya.”
(Hadis dikeluarkan oleh Ibnu Abud Dunya, al-Hakim, Ibnu Mardawieh dan Abu Nu’aim serta Ibnu Asaakir, riwayat dari Anas r.a.).

“Barangsiapa menyakiti salah seorang wali-Ku, berarti telah memaklumkan perang kepada-Ku. Dan tidaklah Aku merasa ragu-­ragu dalam melakukan sesuatu pun sebagaimana keraguan-Ku untuk mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman, karena dia membenci kematian dan Aku tak suka menyakitinya, namun kematian itu harus terjadi. Tak ada cara taqarrub yang paling Kucintai bagi seorang hamba-Ku dibanding melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Kuperintahkan kepadanya. Dan senantiasa dia mendekati Ku dengan melakukan ibadat-ibadat sunnah sampai Aku mencintainya. Dan siapa pun yang Kucintai, Aku menjadi telinga, mata, tangan, dan tiang penopang yang kokoh baginya.”

(Hadis dikeluarkan oleh Ibnu Abud Dunya, al-Hakim, Ibnu Mardawieh dan Abu Nu’aim serta Ibnu Asaakir, riwayat dari Anas r.a.).

Thursday 18 September 2008

Dzikr ...

Ditulis oleh Syaikh Syarafuddin Ad Daghestani

Image“Melalui pemahaman akal saja, manusia tidak mungkin bisa memanen buah dari Rahasia-Rahasia Allah. Tubuh manusia tidak dapat mencangkup Realitas Makna mengenai Allah swt. Tubuh manusia mustahil mencapai Kerajaan Yang Tersembunyi dari Yang Maha Unik”

“Jika Para Pencari terus melakukan Dzikr dengan Nama “Allah” Yang Maha Suci maka dia akan mulai berjalan ditempat Dzikir itu yang jumlahnya ada 7 tingkatan. Setiap pencari yang terus melakukan Dzikr “ Allah” dalam hati, mulai dari 5000 hingga 48.000 setiap harinya, akan mencapai tingkat kesempurnaan dalam dzikr itu. Pada saat itu dia akan menemukan bahwa hatinya terus mengucapkan nama “ Allah, Allah, Allah” tanpa perlu menggerakkan lidah. Dia akan membangun kekuatan internal dengan membakar kotoran didalamnya, karena api dzikr melalap semua pengotor hati. Tidak ada yang tersisa kecuali Permata yang Bersinar dengan Kekuatan Spiritual".

“Beliau tidak pernah menyebutkan sesuatu yang telah berlalu. Beliau tidak pernah menerima suatu gunjingan dan akan mengusir pelakunya dari asosiasi. Setiap orang yang duduk dalam asosiasinya, mereka akan merasakan bahwa kecintaan akan dunia akan lenyap dari hati mereka, beliau mengatakan, Jangan Duduk tanpa berdzikir, karena kematian selalu mengikutimu”.

“Beliau berkata,”Peristiwa yang paling membahagiakan bagi umat manusia adalah ketika dia meninggal, karena ketika dia meninggal dosanya juga ikut mati bersamanya". “Setiap pencari yang tidak membiasakan diri dan melatih dirinya untuk berpuasa disiang hari dan bangun dimalam hari untuk beribadah dan melayani saudaranya, tidak akan memperoleh kebaikan dalam tareqat ini” “Setiap orang mempunyai karakter baik yang bercampur dengan karakter buruk. Ketika kamu melakukan bay’at, seluruh perbuatan buruk yang telah engkau lakukan sebelumnya, aku ganti dengan perbuatan baik. Kecuali dua hal, yaitu keinginan seksual dan kemarahan”

“Beliau berkata,”Wahai anakku, kita adalah hamba-hamba yang berada didepan pintu Rasulullah saw dan didepan pintu Allah SWT. Apapun yang kita minta dari Mereka, Mereka akan menerima permintaan kita, karena kita berada dalam kehadiratNya dan kita adalah satu. Apa yang kami inginkan darimu adalah agar kamu senantiasa melakukan dzikr Tarekat Naqsbandi”