Saturday, 29 November 2008
Indahnya Guliran Takdir
Anggapan dan perasaan yang demikian dapat membawa seseorang pada kesesatan dan tindakan durhaka yang paling tidak beradab karena tanpa disadari ia telah memposisikan diri sebagai Tuhan (yang menentukan) dan sebaliknya Tuhan menjadi hambanya yang harus mengikuti dan mewujudkan semua kemauannya. Karenanya hampir dipastikan orang yang salah memahami taqdir jiwanya kacau dan ia bakal menerima “kutukan” yang paling ekstrem yakni hilangnya makna dan orientasi hidup. Perkenalan Muhammad Ali Mansur pada Dunia sufi makin membulatkan tekadnya untuk pasrah pada suratan Taqdir. Kepasrahannya pada taqdir membuatnya tenang dalam sabar, relaks dalam tawakkal, sarat motivasi ilahiah dalam berikhtiar. Bekerja dalam pandangan Ali kini merupakan aktualisasi taqdir. Definisi sukses dalam perbendaharaan kamus hidupnya selalu dikaitkan dengan dan bersama Allah yang menghiasi sanubari hatinya. Ikhtiar tak lebih dari sekedar proses yang Allah gelar untuk manusia agar tak terpedaya oleh nafsu dalam menjemput rizki yang sudah Allah siapkan untuk hamba-Nya. Istiqamah adalah puncak karomah. Karena itu, baginya bekerja adalah kelengkapan hidup di dunia dan menjadi ibadah tersendiri jika dilakukan penuh dengan kepasrahan pada-Nya. Begitu indahnya hidup dalam guliran taqdir. ---(ooo)--- |
Monday, 24 November 2008
Ingin Melihat Posisi Anda di Sisi Allah?
Thursday, 13 November 2008
Sincerity
In the dark,
While Riding on a bus,
Or sitting in a park
Learn to do it when,
Alone in a room,
Or staying up late,
Staring at the moon
And if someone boasts about,
What he did for Allah,
And asks you to tell him,
What you did for Allah
Just Say, "Why should I tell you"
If I did it for Allah?"
YA ALLAH
All praises are for you Allah, how I hope that you are there. For sinful though I know I am, your displeasure I can not bear. Never, till this moment, did I realize how much I've strayed. Never, till now, was I more conscious of all those times when I should have prayed. For sins are like heavy baggage, that one carries through Life, the airport. Why didn't I realize sooner, that Earth is but a place of sport? Ya Allah ! Forgive me. Save me from the fire of Hell. Forgive me as you did my parents, from Jan'ah though they fell. Ya Allah ! Protect me. From myself for my soul is weak. Let me not falter ever, for Jan'ah is the abode I seek. Ya, Allah! Please help me. For I don't understand and thus, I fear. What happened to all those moments when I never doubted that you were near ? My actions once were guided, by my faith which, once, was strong. Ya Allah! please guide me . What happened, what went wrong ? Each footstep that I used to take, I took with you ever near my side. The Quran was my faithful companion, Rasoolallah my beloved guide. How I yearn for those bygone days Allah, for I know that the day comes near. When we'll each receive our just rewards, and Truth will stand sparkling clear. Life is like a spider's web Allah. We get caught in its tricky snare So thoroughly are we disillusioned, time for salat we can not spare. I sit here and I wonder, Ya Allah! Why did I fall so low ? What happened to my faith Allah? Where did my Iman go? In this earthly life of ours, so often does sin seem right. Falsehood seems to be the truth, as if days are confused with night. Man is an imperfect creature. And thus, Man shall always wrong. For the road to Jan'ah is rocky, and the journey seems awfully long. Ya Allah ! Our creator, we are all just peices of clay. Please help us with our steps in life, and let us not lose our way. All praises are for you Allah, I know that you are near. I know that you have read my heart, and my words I know you hear.
Cinta Sang Kekasih
Apakah karena Mengingat Para kekasih di Dzi Salam.
Kau campurkan air mata di pipimu dengan darah.
Ataukah karena angin berhembus dari arah Kazhimah.
Dan kilat berkilau di lembah Idlam dalam gulita malam.
Mengapa bila kau tahan air matamu ia tetap basah.
Mengapa bila kau sadarkan hatimu ia tetap gelisah.
Apakah sang kekasih kira bahwa tersembunyi cintanya.
Diantara air mata yang mengucur dan hati yang bergelora.
Jika bukan karena cinta takkan kautangisi puing rumahnya.
Takkan kau bergadang untuk ingat pohon Ban dan ‘Alam.
Dapatkah kau pungkiri cinta, sedang air mata dan derita.
Telah bersaksi atas cintamu dengan jujur tanpa dusta.
Kesedihanmu timbulkan dua garis tangis dan kurus lemah.
Bagaikan bunga kuning di kedua pipi dan mawar merah.
Memang terlintas dirinya dalam mimpi hingga kuterjaga.
Tak hentinya cinta merindangi kenikmatan dengan derita.
Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku.
Seandainya kau bersikap adil takkan kau cela aku.
Kini kau tahu keadaanku, pendusta pun tahu rahasiaku.
Padahal tidak juga kunjung sembuh penyakitku.
Begitu tulus nasihatmu tapi tak kudengar semuanya.
Karena untuk para pencaci, sang pecinta tuli telinganya.
Aku kira ubanku pun turut mencelaku.
Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.
(Syair Burdah al-Bushiri)
Ibadah Kok Cari Untung
Kenapa demikian?Karena betapa banyaknya orang beribadah kepada Allah tidak didasari keikhlasan (Lillaahi Ta'ala), tetapi demi yang lain, kepentingan duniawi, naiknya jabatan, dagangannya laku, bahkan demi menolak balak dan bencana atau siksa. Apakah Allah Ta'ala memerintahkan kita melakukan ibadah dan menjauhi laranganNya karena sebuah sebab dan alasan-alasan tertentu? Bukankah kita beribadah karena kita harus melakukan atau menyambut sifat RububiyahNya melalui sifat Ubudiyah kita? Bukankah segalanya sudah dijamin Allah, dan segalanya dariNya, bersamaNya, menuju kepadaNya? Apakah Allah tidak layak disembah, tidak layak menjadi Tuhan, tidak layak diabdi dan diikuti perintah dan laranganNya, manakala Allah tidak menciptakan syurga dan neraka? Bukankah Rasulullah saw, mengkhabarkan, "Janganlah diantara kalian seperti budak yang buruk, jika tidak diancam ia tak pernah bekerja. Juga jangan seperti pekerja yang buruk, jika tidak diberi upah ia tidak bekerja…." Dalam kitab Zabur Allah berfirman, "Adakah orang yang lebih zalim dibanding orang yang menyembahKu karena syurga atau takut neraka? Apakah jika Aku tidak menciptakan syurga dan neraka, aku tidak pantas untuk ditaati?" Suatu hari Junaid Al-Baghdady dibangunkan oleh pamannya sekaligus gurunya, Sary as-Saqathy. "Ada apa paman?" "Aku melihat seakan-akan aku ada dihadapan Allah dan Dia berkata kepada saya….Wahai Sary, Aku menciptakan makhluk mereka merasa mencintaiKu. Begitu Aku menciptakan dunia, mereka lari semua dariKu dan tinggal sepuluh persen. Lalu Aku menciptakan syurga, sisa makhluk itu pun lari semua (ke syurga), tinggal satu persen saja. Lalu Aku memberikan cobaan kepada mereka ini, mereka pun lari semua dariKu tinggal 0,9 persen. Aku bicara pada makhlukKu yang tersisa itu yang masih bersamaKu. "Bukan dunia yang kalian kehendaki, juga bukan syurga yang kalian inginkan, juga bukan neraka yang membuat kalian lari, lantas apa yang kalian mau?" "Engkau lebih Tahu apa yang kami mau…" jawab mereka. "Aku hendak memnindihkan bencana cobaan pada kalian sebanyak nafas kalian, yang bisa menghancurkan gunung-gunung, apakah kalian masih bersabar?" TanyaKu pada mereka. Dan mereka pun menjawab, "Manakala Engkau Sendiri Yang memberi cobaan, lakukanlah sekehendakMu…." Mereka itulah hamba-hambaKu yang sebenarnya. Semua ini jadi renungan kita agar dalam setiap niat dan motivasi ibadah kita agar semata hanya menuju Allah, Lillahi Ta'ala, agar kitaterbebas dari penjara kemakhlukan, dan menyatu dalam Musyahadah denganNya. Ikhlas, adalah ruh dari seluruh ibadah kita. Bukan yang lainnya. (serial Al-Hikam. sufinews.com) |
Kenapa Kau Tuntut Tuhanmu?
“Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah.” Betapa banyak orang menuntut Allah, karena selama ini ia merasa telah berbuat banyak, telah melakukan ibadah, telah berdoa dan berjuang habis-habisan. Tuntutan demikian karena seseorang merasa telah berbuat, dan merasa perlu ganti rugi dari Allah Ta’ala. Padahal meminta ganti rugi atas amal perbuatan kita, adalah wujud ketidak ikhlasan kita dalam melakukan perbuatan itu. Manusia yang ikhlas pasti tidak ingin ganti rugi, upah, pahala dan sebagainya. Manusia yang ikhlas hanya menginginkan Allah yang dicinta. Pada saat yang sama jika masih menuntut keinginan agar disegerakan, itu pertanda seseorang tidak memiliki adab dengan Allah Ta’ala. Sudah sewajarnya jika kita menuntut diri kita sendiri, karena Allah tidak pernah mengkhianati janjiNya, tidak pernah mendzalimi hambaNya, dan semua janjinya tidak pernah meleset. Kita sendiri yang tidak tahu diri sehingga, kita mulai intervensi soal waktu, tempat dan wujud yang kita inginkan. Padahal itu semua adalah Pekerjaan Allah dan urusanNya. Orang yang terus menerus menuntut dirinya sendiri untuk Tuhannya, apalagi menuntut adab dirinya agar serasi dengan Allah Ta’ala, adalah kelaziman dan keniscayaan. Disamping seseorang telah menjalankan ubudiyah atau kehambaan, maka si hamba menuruti perilaku adab di hadapanNya, bahwa salah satu adabn prinsipalnya adalah dirinya semata untuk Allah Ta’ala. Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan: “ Ketika Allah menjadikanmu sangat sibuk dengan upaya menjalankan perintah-perintahNya dan Dia memberikan rezeki, rasa pasrah total atas Karsa-paksaNya, maka sesungguhnya saat itulah betapa agung anugerahNya kepadamu.” Anugerah paling agung adalah rezeki rasa pasrah total atas takdirNya yang pedih, sementara anda terus menerus menjalankan perintah-perintahNya dengan konsisten, tanpa tergoyahkan. Wahb ra, mengatakan, “Aku pernah membaca di sebagian Kitab-kitab Allah terdahulu, dimana Allah Ta’ala berfirman: “Hai hambaKu, taatlah kepadaKu atas apa yang Aku perintahkan kepadamu, dan jangan ajari Aku bagaimana Aku berbuat baik kepadamu. Aku senantiasa memuliakan orang yang memuliakan Aku, dan menghina orang yang menghina perintahKu. Aku tak pernah memandang hak hamba, sehingga hamba memandang (memperhatikan) hakKu.” Syeikh Abu Muhammad bin Abdul Aziz al-Mahdawi ra, mengatakan, “Siapa pun yang dalam doanya tidak menyerahkan dan merelakan pilihannya kepada Allah Ta’ala, maka si hamba tadi terkena Istidroj dan tertipu. Berarti ia tergolong orang yang disebut dengan kata-kata, “Laksanakan hajatnya, karena Aku sangat tidak suka mendengarkan suaranya.”. Namun jika ia menyerahkan pilihannya pada Allah Ta’ala, hakikatnya ia telah diijabahi walau pun belum diberi. Amal kebaikan itu dinilai di akhirnya…” |
Friday, 7 November 2008
CahayaMu ...
Assalamualaikum Wr.Wb. Mari kerumahku,Kekasih--Sebentar saja! Gelorakan jiwa kita,kekasih--Sebentar saja! Dari konya pancarkan cahaya cinta, ke samarkand dan bukhara sebentar saja! (Mawlana Jalaluddin Rumi) | Dec 13, 2006 |
A'udzu billahi minasyaithonir rojim, Bismillahir rahmanir rahim...
Yaa Allah...Yaa Rabb Sinarilah hatiku dengan cahaya-Mu,Penuhilah dengan Cinta...Cinta kepada-Mu,Cinta kepada Rasul-Mu 'Muhammad' terkasih,Cinta kepada para Awliya-Mu...Jadikanlah Aku,Hamba yang selalu mencintai-Mu..Yaa Allah yaa Rabb... Engkaulah tujuanku, Ridho-Mu lah yang kuharapkan,Berikanlah Cinta dan Makrifat-Mu kepadaku Yaa Rabb.blog ini tercipta atas ridho-Nya semata...dan didedikasikan teruntuk Syaikhku Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani Ar Rabbani dan sulthonku Syaikh Muhammad Nazim Adil Al Qubrusi Al Haqqani..kepada para Guru-guru Naqsybandi dan Awliya Allah,Cintaku teruntuk Junjunganku Rasulullah Muhammad Tercinta...dan Cintaku yang Utama teruntuk Yang Satu Yang menciptakan diriku beserta Alam raya ini...Allah Azza Wa Jalla...
Siapakah Aku…
Aku bertanya : ”Siapakah aku ?”
Ia menjawab : ”Aku adalah Hamba-Nya…”
Aku bertanya : ”Apa yang sepantasnya Hamba lakukan ?”
Ia Menjawab : ”Dengan pengabdian dan Keikhlasan…”
Aku bertanya : ”Apakah selama ini aku sudah dengan sepenuh hati mengabdi ?”
Ia menjawab : ”tanyakan pada keraguan dan kegundahan hati mu…
Aku bertanya : ”Apakah aku sudah ikhlas dalam ibadahku..?”
Ia menjawab : ”tanyakan pada hati yang yang senatiasa ingin balasan…”
Aku bertanya : ”Apakah pantas aku menjadi hamba-Nya….?
Ia menjawab : ”Tanyakan pada ke’ada’anmu didunia…untuk apa..? untuk siapa..?
Dari siapa…? Menuju siapa..? bersama siapa..? karena DIA
adalah bukan apa ?….bukan pula Siapa…? Karena Dia adalah
yang ‘Ada’ Dari segala ketiadaan.
TAREKAT KITA ADALAH PERSAHABATAN (KEBERSAMAAN),DAN KEBAIKAN BERADA DALAM KEBERSAMAAN. (HADRAT KHWAJA SYEIKH BAHAUDDIN NAQSYBAND Q.S.)
Wednesday, 5 November 2008
Allah The Creator
ow this big earth came to be, And everything that we see, Even things in outer space, Came about by Allah's grace.
How people lived so long ago, Lessons that we have to know, And who does Allah love the best, And why He puts us all to test.
How He makes the raindrops fall, And what about the tree so tall, What about the plants that grow, And reasons for the wind to blow.
How about the oceans wide, And different animals that we ride, Not to mention mountains high, And the magnificence of the sky.
Find out what we must not do, Things that are bad for me and you, Also things that are right, And how we can all gain insight.
And the nature and the glory, Unfolds like a beautiful story, Of Almighty as He talks to you, Conveying a message pure and true, Read it up in the Qur`aan, It will strengthen your Imaan. By Sister Aisha Teladia (Aged 10) of Birmingham |