Tuesday 10 March 2009

Mencari Ilmu (II)

Dikisahkan dari al Junaid - rahitnahullah - yang mengatakan, “Jika Sari as-Saqathi - rahimahullah - ingin mengajariku sesuatu maka la menanyakan suatu masalah. Suatu hari la pernah bertanya, `Wahai anak muda, apa syukur itu?’ Maka aku menjawabnya, `Syukur ialah Anda tidak bermaksiat kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan kepada Anda.’ Akhirnya ia menganggap baik atas jawabanku. la memintaku untuk mengulang jawabanku tentang syukur sembari berkata, `Bagaimana jawabanmu tentang syukur? Coba ulangi jawabanmu!’ Aku kemudian mengulanginya.”

Syekh Abu Nashr as-Sarraj berkata: Aku dapatkan kisah ini lewat tulisan Abu Ali ar-Rudzabari dari al Junaid.
Diceritakan dari Sahl bin Abdullah - rahimahullah - bahwa ia pernah ditanya tentang masalah-masalah ilmu (tasawuf). Namun la tidak mau menjawabnya. Setelah beberapa waktu, ia berbicara tentang ilmu tersebut dan tampak sangat menguasai dengan balk. Kemudian ia ditanya tentang alasan, mengapa waktu itu la tidak mau berbicara tentang ilmu tersebut. Lalu la menjawab, “Pada saat itu Dzun-Nun masih hidup, sehingga aku sangat tidak suka bicara tentang ilmu ini (tasawuf) ketika la masih hidup. Karena aku sangat menghormatinya.”

Abu Sulaiman ad-Darani - rahimahullah - berkata, “Andaikan di Mekkah ini aku tahu ada seseorang yang bisa memberiku ilmu ma’rifat sekalipun hanya satu kata, niscaya aku akan mendatanginya dengan berjalan kaki, sekalipun jarakyang harus ditempuh seribu farsah, sehingga aku bisa medengar langsung darinya.”
Abu Bakar az-Zaqqaq berkata, ‘Aku mendengar satu kalimat dari al Junaid tentang fana’ sejak empat puluh tahun yang lalu, dimana kalimat tersebut selalu membangkitkanku, sedangkan aku setelah itu dalam ketidaktahuan.”

Saya mendengar ad-Duqqi berkata: Saya mendengar kisah ini dari az-Zaqqaq.
Saya mendengar ad-Duqqi berkata: Dikatakan kepada Abu Abdillah al Jalla’ - rahimahullah, “Mengapa ayah Anda disebut dengan al Jalla’?” la menjawab, “Bukan karena kata al Jalla’ ini mengandung arti pembersih karat besi, akan tetapi jika la berbicara kepada hati nurani akan memperlihatkan karat bekas dosa-dosa yang dilakukan.”
Al-Harits al-Muhasibi - rahimahullah - berkata, “Sesuatu yang paling mulia di dunia ini adalah orang alim yang mengamal¬kan ilmunya dan orang arif yang berbicara tentang hakikatnya.”

Saya mendengar Ibnu ‘Ulwan berkata, “Jika ada seorang ber¬tanya kepada al Junaid tentang suatu masalah, sedangkan la tidak termasuk dalam kondisi spiritual dari masalah yang ditanyakannya, maka la akan berkata:
‘Tidak ada daya upaya dan kekuatan apa pun kecuali dengan Allah.’
Dan jika orang itu mengulangi lagi pertanyaannya maka ia akan menjawabnya:
’Cukuplah Allah penolong kami dan Dialah sebaik-baik Dzat Yang menjadi Wakil’.” (Q.s. Ali Imran: 173).
Dikisahkan bahwa Abu Amr az-Zujajii - rahimahullah - berkata, “Jika Anda sedang duduk mendengar seorang syekh berbicara tentang suatu ilmu, sementara Anda mau kencing dan hampir tidak bisa ditahan, maka andaikan Anda kencing di tempat Anda duduk akan lebih balk daripada Anda bangkit dari tempat duduk Anda meninggalkan majelis. Sebab kencing masih bisa dicuci dengan air sedangkan apa yang terlewatkan dari ilmu yang ia ajarkan tak mungkin Anda memperoleh kembali untuk selamanya.”

Al-Junaid - rahimahullah - berkata: Saya pernah berkata kepada Ibnu al-Kurraini - rahimahullah, “Jika ada seseorang yang berbicara tentang suatu ilmu yang la sendiri tidak mampu mengamalkannya. Maka yang lebih Anda sukai, kalau kondisinya demi¬kian diam ataukah berbicara?” Kemudian la menundukkan kepala, dan kemudian mengangkatnya kembali sembari berkata, “Jika Anda ahlinya maka bicaralah!”
Asy-Syibli - rahimahullah - berkata, “Bagaimana pendapat Anda tentang suatu ilmu, yaitu ilmu para ulama yang menimbulkan dugaan?”

Sementara itu Sari as-Saqathi - rahimahullah - berkata, “Barangsiapa menghiasi dirinya dengan ilmu, maka kebaikannya adalah kejelekan.”
Syekh Abu Nashr as-Sarraj - rahimahullah - berkata: Dari masing-masing kisah ini memiliki keterangan dan kesimpulan yang cukup jelas bagi mereka yang sanggup memahaminya. (SN)

No comments:

Post a Comment