Monday, 16 February 2009

Derajat Arifin (I)

Syeikh Ahmad ar-Rifa’y
Riwayat dari Irman bin Hashin, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda:
“Dari ummatku bakal masuk syurga tujuh puluh ribu orang tanpa hisab.” Mereka bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Rasulullah saw, bersabda, “Mereka itu adalah orang yang tidak pernah melakukan ruqyah, tidak pernah meramal, tidak pernah berbekam, dan mereka senantiasa tawakkal kepada Allah.” (Hr. Muslim)

Rasulullah saw, memposisikan “ramalan” di urutan kedua, setelah berupaya untuk tidak berobat yang merupakan derajat murni sejati, yang tergolong ahli fana’, dan mereka senantiasa dalam Kehendak Allah swt.

Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka. Namun betapa sedikit jumlah mereka dalam setiap periode. Karena derajat mereka adalah mewujudkan hakikat tawakkal kepada Allah swt. Kepasrahan total yang meliputi seluruh instrument sebab akibat dan kehendak. Merekalah kaum ‘Arifin Billah yang sesungguhnya, semoga Allah meridloi mereka.
Amboi, jika orang ‘Alim itu terbagi dua:
1.) Satu golongan yang membuatku terbebas dari keraguan.
2.) Satu golongan yang menggunting-gunting diriku dari gunting neraka. Tak lebih dan tak kurang mereka itu, dimataku.

Anak-anak sekalian…Ketahuilah orang ‘arif kepada Allah swt dengan ma’rifat yang benar, senantiasa terhanguskan hasratnya di bawah keceriaan dalam WahdaniyahNya. Dan tak ada keceriaan mulai dari Arasy sampai muka bumi yang lebih besar ketibang kegembiraan ma’rifat kepada Allah swt.

Syurga seisinya itu dibanding sisi kegembiraan mereka kepada Allah swt, nilainya sangat kecil, lebih kecil dibanding atom, ketika mereka tahu bahwa ma’rifat adalah kegembiraan paling agung dari segala kegembiraan mana pun.

Siapa yang bertemu Allah swt, maka mana yang tak bisa ditemukan? Kesibukan apalagi yang akan dilakukan setelah bertemu denganNya? Bukankah melihat selain Allah itu tak lebih dari keliaran nafsu belaka? Hasrat yang rendah? Dan minimnya ma’rifat kepada Allah Ta’ala?

Adakah pakaian yang lebih baik dibanding baju Islam? Apakah ada mahkota yang lebih agung ketimbang mahkota ma’rifat? Atau adakah hamparan yang lebih mulia ketimbang hamparan taat?
Allah swt berfirman:
“Katakan, dengan karunia Allah dan dengan rahmatNya, maka dengan karunia dan rahmat itulah kalian semua bergembira…”

Dalam sebagian munajatnya Ibrahim bin Adham ra mengatakan:
“Illahi, Engkau Maha Tahu syurga dan seisinya, rasanya tak melintas padaku walau sesayap nyamuk setelah Engkau beri aku ma’rifat kepadaMu, dan kemesraanku kepadaMu, dan Engkau telah membuatkan mencurah untuk tafakkur atas keagunganMu, serta Engkau telah menjanjikan padaku untuk memandang WajahMu.”

Memang. Sesungguhnya derajat terendah kaum ‘arifin itu, manakala Allah memasukkannya ke dalam neraka yang diliputi adzab, maka hatinya malah tambah cinta kepadaNya, semakin mesra sukacita padaNya, dan semakin rindu kepadaNya.

Ibnu Sirin ra, berkata, “Jika aku harus memilih antara syurga dan sholat dua rakaat, aku memilih sholat dua rakaat. Karena dalam dua rakaat ada ridlonya Allah swt, taqarrub kepadaNya. Sedang dalam syurga yang ada kesenangan nafsu dan kesenangan manusia.”

Ketika Nabi Ibrahim as, dilemparkan ke dalam api, “Mereka mengatakan, bakarlah dia, dan mintalah pertolongan pada Tuhan kalian!” kata mereka.

Nabi Ibrahim as, menjawab, “Cukuplah bagiku Tuhanku dan Dialah sebaik-baik tenmpat berserah diri, sebaik-baik Tuhan dan sebaik-sebaik Penolong.”

Kemudian Allah swt, berfirman, “Wahai api jadilah dirimu dingin sejuk dan menyelamatkan atas Ibrahim.”
Berserah diri Diriwayatkan, ketika Allah swt berfirman kepada Nabi Ibrahim as, “Wahai Ibrahim, engkaulah sahabat dekatKu, dan Aku sahabat dekatmu.

No comments:

Post a Comment