Saturday, 21 February 2009

Mulia, Kuat dan Kaya


Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany -Pagi hari di Madrasahnya, tanggal 19 Rajab 545 H.
Dari Nabi saw : beliau bersabda:
"Siapa yang senang menjadi manusia paling mulia, hendaknya bertaqwa kepada Allah. Dan siapa yang senang menjadi manusia paling kuat, hendaknya bertawakkal kepada Allah. Dan siapa yang senang menjadi manusia paling kaya hendaknya apa yang ada di tangan Allah lebih dipercaya ketimbang apa yang ada di tangannya. (Hr. Al-Hakim di Al-Mustadrak).

Artinya siapa yang ingin kemuliaan dunia dan akhirat hendaknya bertaqwa kepada Allah Azza wa-Jalla:

"Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertaqwa." (Al-Hujurat: 13)

Kemuliaan ada pada ketaqwaan seseorang, sedangkan kehinaan ada dalam maksiatnya. Siapa yang ingin kuat dalam agama Allah Azza wa Jalla hendaknya ia bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, karena tawakal itu membenarkan hati, menguatkan, membersihkan, menunjukan dan menampakkan keajaiban Illahi. Karena itu jangan berserah diri pada uangmu, dinarmu, dan usahamu. Justru itu bisa melemahkan dirimu, karenanya tawakal-lah kepada Allah Azza wa Jalla, karena Allah Ta’ala menguatkanmu, menolongmu dan mengasihimu serta membukakanmu tanpa terduga disamping mengokohkan hatimu.

Jangan peduli dengan datangnya dunia atau perginya dunia dari sisimu. Jangan peduli pula dengan penerimaan (dukungan) atau penolakan makhluk padamu, maka pada saat itulah anda menjadi manusia terkuat.

Bila anda berpegang pada harta, jabatan, keluarga dan nusahamu, maka sama dengan anda menantang murka Allah azza wa Jalla, karena semua itu akan sirna. Disamping tipudaya dibalik semua itu, dimana Allah swt tidak senang ada yang lain selain Allah di hatimu.

Siapa yang ingin kaya dunia akhirat hendaknya betaqwa kepada Allah Azza wa Jalla, bukan takut pada yang lain. Hendaknya ia bersimpuh di pintuNya, malu bersimpung di pintu selain pintuNya. Seharusnya ia pejamkan mata hatinya untuk memandang selain Dia Azza wa Jalla, namun bukan mata kepalanya.

Bagaimana anda percaya dengan apa yang ada di tangan anda, sedangkan semua itu akan sirna? Sementara anda malah tidak percaya pada apa yang di Tangan allah Azza wa Jalla yang tak pernah sirna? Semua ini karena kebodohan anda pada Allah Ta’ala, lalu beralih ke yang lainNya. Percayamu pada Allah membuatmu cukup, dan percayamu pada selainNya membuatmu fakir.

Wahai orang yang yang meninggalkan ketaqwaan, anda telah diharamkan mendapatkan kemuliaan dunia akhirat.

Wahai orang yang tawakal kepada makhluk dan usaha, anda telah terhalang dari kekuatan dan kemuliaan bersama Allah Azza wa-Jalla dunia akhirat.

Wahai orang yang percaya pada milik kuasanya, anda telah terhalang meraih kaya raya dunia akhirat bersama Allah Azza wa Jalla.

Anak-anak sekalian, jika anda menjadi orang yang bertaqwa, bertawakal dan percaya teguh pada Allah Azza wa Jalla hendaknya anda sabar. Karena sabar itu dasar setiap kebajikan. Bila niatmu benar dalam sabar, maka sabarmu hanya demi wajah Ilahi Azza wa Jalla, maka anda akan dapat balasan berupa cintaNya dalam hatimu, DekatNya padamu dunia akhirat.

Sabar itu berarti berserasi dengan ketentuan dan takdirNya yang telah mendahului pengetahuanmu, dimana tak seorang pun dari makhlukNya bisa menghapus takdir itu.

Hal demikian akan tertanam dalam diri mukmin yang yaqin. Maka sabar atas takdirNya itu memberi kemerdekaan, bukan keterdesakan.

Sabar di awalnya merupakan keterhimpitan, namun langkah berikutnya adalah kebebasan. Bagaimana anda mengaku beriman tetapi anda tidak bersabar? Bagaimana anda mengaku ma’rifat tetapi anda tidak ridlo? Iman dan ma’rifat bukan sekadar pengakuan.

Tidak bisa disebut beriman dan ma’rifat sampai anda memandang gerbangNya, membiarkan celaan dan sabar atas lingkar takdir dan pijakan manfaat dan derita, yang menginjak hatimu, bukan pikiran dan inderawimu, sementara anda tetap di tempat, seperti terbius, jasad tanpa ruh.

Perkara ini diperlukan ketenangan, tanpa gerakan, tersembunyi tanpa harus menghilang dari massa, dimana qalbu, sirr, batin, dan makna anda tidak ada di tengah mereka. Sungguh sudah banyak apa yang saya bicarakan, dan sungguh betapa sedikit yang kalian amalkan. Sudah panjang lebar saya uraikan tetapi anda tak pernah faham. Sudah banyak yang kuberikan, tetapi tidak pernah kalian ambil. Sudah banyak nasehatku tetapi anda tidak mengambil pelajaran.

Betapa keras hatimu betapa bodohnya kamu pada Allah Azza wa Jalla. Jika anda tahu dan beriman pada Pertemuan dengan Allah Azza wa Jalla, dan jika anda ingat mati serta apa yang ada dibalik kematian, kenapa anda masih berlaku demikian? Bukankah anda telah menyaksikan kematian ayah dan ibumu dan keluargamu? Telah menyaksikan kematian raja-rajamu? Bukankah itu telah menjadi peringatan dan nasehat bagimu dan mengendalikan nafsumu, disbanding upayamu berburu dunia dan cinta atas tetapnya dunia? Kernapa hatimu tidak cemburu, lalu kalian keluarkan dunia dan makhluk dari hatimu? (SN)

No comments:

Post a Comment