Bukan disebut orang yang ma'rifat, manakala ia berisyarat, ia mendapatkan Allah lebih dekat kepadanya, dari isyaratnya tadi. Tetapi orang yang Arif (ma'rifat) adalah orang yang tidak punya isyarat, karena fana'nya dalam WujudNya dan terliput dalam Musyahadah padaNya.
Bukanlah disebut orang yang ‘Arif (ma'rifatullah) yang sempurna dan hakiki adalah bukanlah orang yang apabila mendapatkan isyarat dalam hatinya tentang Asma dan sifatNya, lantas merasa telah bertemu Allah Swt, karena isyarat itu.
Berarti masih bukan tergolong orang yang 'Arifun, manakala masih:
1. Mengandalkan dan bergantung pada isyarat-isyarat hakikat,
2. Merasa sudah sampai kepadaNya, karena Isyarat Hakikat itu;
3. Adanya sebab akibat yang menjadi perantara (berupa isyarat) antara dirinya dengan Allah;
4. Berkutat dengan rahasia-rahasia Ilahi, dan lupa akan kelemahan dan kefanaan diri.
5. Masih ada ketakutan dan kegelisahan dibalik Isyarat yang diterima
6. Adanya isyarat menunjukkan adanya jarak jauh antara dia dan Dia.
7. Adanya keasyikan tersendiri dibalik isyarat-isyarat yang diterima.
Orang yang tergolong 'Arifun, adalah manakala:
8. Tidak lagi punya isyarat, karena telah fana' dalam Ilahi, lebur dari segala isyarat maupun peringatan.
9. Runtuhnya isyarat, karena karena menyaksikan KeparipurnaanNya. Bukan karena kekurangan dan keteledorannya dari interaksi dengan Jalal dan JamalNya.
10. Telah fana dalam WujudNya dari wujudnya sendiri
11. Telah fana dalam PenyaksianNya dari penyaksian dirinya sendiri.
12. Kemana pun menghadap hanya Wajah Allah yang tampak di mata hatinya.
13. Hanya Allah yang diharapkan, bukan limpahan manifestasi sifat-sifatNya, baik limpahan nikmat maupun penampakan kekuarangan atau dosanya.
14. Tidak ada lagi ketakutan dan kegelisahan. (SN)
No comments:
Post a Comment