Hamil pra nikah bagi para remaja sudah merata di berbagai daerah. Siapakah yang harus dibenahi dalam hal ini?
Seorang anak yang berani memalukan kedua orang tuannya, baik orang-orang terdekat. Cinta yang suci terkadang di jastifikasikan untuk melakukan hal yang keji seperti itu. Remaja yang masih suka mencoba-coba tentunya dalam hal keburukan membuat mereka salah melangkah dalam pergaulan.
Mereka hanya mencari kepuasan sesaat tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya. Diiringi dengan kemajuan teknologi yang salah digunakan oleh remaja sekarang. Zaman sekarang apa aja dapat mereka peroleh lewat internet, tapi kenapa salah satu kemajuan harus disalah gunakan bukan di gunakan pada hal yang positif.
Pergaulan yang memang harus diawasi betul oleh orang tua, bahkan oleh para guru kepada anak didik mereka. Perbuatan zina ini, sudah tidak hanya berada diperkotaan bahkan di pedesaan sudah merata. Ironisnya anak kelas 2 SMP pun sudah banyak yang hamil pra nikah, bayangkan seumuran 14 tahun mereka sudah dibuahi yang memang rahimnya belum siap untuk menerima hasil perbuatannya itu. Dalam salah satu bukunya Prof .dr . Ida Bagus Gde Manuaba , SpOg mengatakan:
” Terdapat dua faktor yang mendasari perilaku seks pada remaja.Pertama adalah harapan untuk kawin pada usia yang relatif muda ( 20 tahun ) dan yang kedua akibat makin derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja terutama remaja di perkotaan yang mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pra nikah dan berdampak terjadi kehamilan di luar nikah bahkan penyakit kelamin .”
Dalam hal ini apa yang di korbankan? Tentunya banyak sekali, masa depan yang masih jauh rela terhenti karena aib yang mereka lakukan. Rasa malu dan penyesalanlah yang baru mereka rasakan. Bahkan penyesal dan kecewa sebagai orang tua itu pasti anda alami.
Disinilah pentingnya sebuah pendampingan dan pendidikan seksualitas yang benar pada anak kita yang beranjak remaja bahkan sudah harus dimulai sejak usia sekolah dasar. Pendidikan seksualitas bukan sepenuhnya tanggung jawab seorang guru di sekolah. Begitu juga pendidikan iman dan moral bukan melulu tanggung jawab kepada guru agama saja. Justru orangtua adalah penentu dan pemegang tanggung jawab yang paling utama dalam membentuk kepribadian anak. Sehingga anak memiliki cukup bekal untuk menghadapi godaan lingkungan.
Terkadang kekalutan selalu datang setelah ia mengetahui bahwa ia sudah positif hamil, terlintas untuk aborsi ?itu bukan solusi yang baik. Aborsi hanya kan menambah dosa bagi kita. Pertama kita sudah berzina, dan yang selanjutnya apakah kita juga akan menjadi pembunuh buah cinta kita sendiri. Di sinilah perlunya refleksi diri, baik sebagai orang tua maupun anda yang mengalami kehamilan pra nikah
Lingkungan juga bisa menjadi kontrol sosial bagi masyarakat pada umumnya. Walaupun hamil pra nikah sudah merata, baik diperkotaan maupun dipedesaan, semoga setiap kejadian tersebut bisa mengantarkan kebaikan bagi masa depan yang lebih baik tentunya bagi remaja yang akan datang. Serta pendampingan orang tua, dan Pendidikan seksualitas yang benar oleh para guru sekolah,dan pemberian perilaku moral dari guru agama untuk para remaja, terutama dalam pergaulan bebas dan penyalah gunakan internet.
Oleh : NurIstiqomah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment